I. Sepuluh kekuatan pengetahuan dari Sang Buddha ( Dasabala Nawa atau Tathagata Nawa ) :
1. Tharrathawa – Nawa : Sang Buddha mengetahui dengan benar, apa yang mungkin sebagai yang mungkin, dan apa yang tidak mungkin sebagai yang tidak mungkin. Contoh Beliau mengetahui bahwa tidaklah mungkin bagi seseorang yang mempunyai pandangan benar menganggap bentuk-bentuk perpaduan ( samkhara ) sebagai kekal , tetapi itu adalah mungkin dipikirkan bagi orang-orang biasa.
2. Kammavipaka – Nawa : Sang Buddha mengetahui secara tepat masaknya suatu perbuatan yang dilakukan oleh setiap makhluk di masa lampau, sekarang, dan masa yang akan datang, dengan segala kemungkinan dan sebabnya.
3. Sabbatthagamini Patipada – Nawa : Sang Buddha mengetahui secara tepat ke mana tujuan semua jalan dari setiap tingkah laku atau praktek. Beliau mengetahui praktek-praktek yang membawa kepada manfaat masa kini ( dithadhamikattha ), manfaat masa yang akan datang ( samparayikattha) dan manfaat yang luhur atau tertinggi yakni nibbana ( paramattha ).
4. Nanadhatu – Nawa : Sang Buddha mengetahui secara tepat sifat alamiah dari dunia dan alam semesta beserta semua unsur-unsurnya yang beraneka ragam. Beliau mengetahui sifat alamiah dari bentuk-bentuk perpaduan yang berjiwa seperti manusia, binatang, dewa, maupun bentuk-bentuk perpaduan yang tak berjiwa, seperti gunung, pohon, batu, dll. Beliau mengetahui bagian-bagian dari perpaduan tersebut, keadaan dari bagian-bagian tersebut, sifat-sifat serta fungsi dari bagian-bagian tersebut, misalnya fungsi dari bagian kelompok kegemaran ( khanda ), unsur-unsur ( dhatu ), dasar / landasan indera ( ayatawa ), dan unsur-unsur lainnya dari proses kesadaran, serta mengetahui perbedaan dari kesemuanya itu.
5. Nanadhimuttika – Nawa : Sang Buddha mengetahui secara tepat tentang adhimutti, yaitu watak / kecenderungan dari makhluk-makhluk, apakah mereka mempunyai watak yang rendah atau mulia dan sebagainya.
6. Indriyaparopariyatta – Nawa : Sang Buddha mengetahui secara tepat kemampuan indera berbagai makhluk, mengetahui kekurangan dan kelebihan pengendalian indera berbagai makhluk, dan mengetahui kematangan batin seseorang.
7. Jhanadisankilesadi – Nawa : Sang Buddha mengetahui secara tepat tentang murni atau tidaknya suatu jhana, pembebasan, penyatuan pikiran, dan pencapaian serta pengembangannya.
8. Pubbenivasanussati – Nawa : Sang Buddha dapat mengingat secara tepat berbagai jenis kehidupan lampau Beliau.
9. Cutupapata – Nawa : Sang Buddha, dengan Mata Kebuddhaannya yang suci dan di atas kemampuan manusia dapat melihat makhluk-makhluk meninggal dan terlahir kembali sesuai dengan karma mereka masing-masing.
10. Asavakkhaya – Nawa : Sang Buddha mengetahui tentang lenyapnya asava ( noda-noda batin ). Pada kehidupan Beliau yang sekarang , dengan kekuatan batin yang dimilikinya, Beliau melenyapkan noda-noda batin ( asava ) melalui ketenangan batin dan melalui kebijaksanaan, dan merealisasi pembebasan batin serta berdiam di dalam keadaan tersebut.
II. Enam kekuatan khusus dari seorang Buddha
1. Indriya – Paro – Pariyatti – Nana :
Pengetahuan ini dapat membedakan apakah seseorang memiliki saddha, viriya, sati, samadhi dan panna yang dikembangkan lebih dan sesuai dengan hal itu, Sang Buddha memberikan petunjuk-petunjuk kepadanya.
Sebagai contoh, Bhikkhu Vakkali memiliki saddha yang lebih dan selalu duduk di belakang Sang Buddha di dalam Ruang Harum-Nya dan terus memandang kepada Sang Buddha. Vakkali dinasehati oleh Sang Buddha berkenaan dengan hal ini. Bhikkhu Sona memiliki viriya yang lebih. Kakinya sampai berdarah karena berlatih terlalu keras sebagai akibat dari kelebihan viriya ini.
2. Asaya – Anusaya – Nana :
Kemampuan ini membantu mengungkapkan kecenderungan laten di dalam diri seseorang. Contohnya pada kasus Cula Pantaka. Juga pada kasus Pan Chayaga, yang pada masa Buddha Kassapa telah bermeditasi pada objek Pancakkhandha, Dia menanyakan kepada Sang Gotama apa definisi dari seorang bhikkhu. Buddha Gotama mengetahui, dengan kemampuan pengetahuan Asaya – Anusaya Beliau ini, bahwa pada masa Buddha Kassapa ia telah mengembangkan meditasi dengan objek Pancakkhandha, kemudian Beliau berkata : “Seseorang yang mengetahui semua tentang Nama – Rupa adalah seorang bhikkhu.” Karena ini adalah kecenderungan latennya maka objek meditasi ini yang diberikan kepadanya dan bukan yang lainnya.
3. Anavarana – Nana : Pandangan yang tak terhalangi.
4. Sabbannuta – Nana : Maha Tahu. Dengan kekuatan ini, Sang Buddha mengetahui semua bentang 5 hal ini ;
a. Sankhara : bagaimana mereka timbul.
b. Vikara : bagaimana mereka terurai/hancur.
c. Nibbana : padamnya kebodohan.
d. Lakkhana : tentang anicca, dukkha, dan anatta.
e. Pannatti : tentang semua kebenaran konvensional, seperti konsep. Konsep tentang kursi, meja, pohon dan lain-lain.
5. Maha – Karuna – Nana : Beliau mempunyai kasih sayang yang universal.
Sang Buddha memiliki 5 cakkhu, yaitu :
a. Mansa – Cakkhu : Mata fisik yang dapat melihat benda yang amat kecil seperti biji kecil dari jarak yang jauh.
b. Dibba – cakkhu : mampu melihat bagaimana mahluk-mahluk muncul dan lenyap. Aspek khusus ini juga disebut: Catupapata Nana.
c. Buddha – cakkhu : terdiri dari Indriya – paro – pariyatti – Nana dan Asaya – Anusaya – Nana.
d. Samanta – cakkhu : Mata dari kemahatahuan. Ini sesungguhnya adalah Sabbannuta – Nana.
III. Delapan belas faktor luar biasa pada setiap Buddha :
1. Setiap Buddha memiliki pengetahuan yang tak terhalang tentang masa lampau.
2. Setiap Buddha memiliki pengetahuan yang tak terhalang tentang masa sekarang.
3. Setiap Buddha memiliki pengetahuan yang tak terhalang tentang masa yang akan datang.
4. Semua perbuatan melalui fisik/jasmani dari seorang Buddha didahului oleh Pandangan Terang.
5. Semua perbuatan melalui ucapan dari seorang Buddha didahului oleh Pandangan Terang.
6. Semua perbuatan melalui pikiran dari seorang Buddha didahului oleh Pandangan Terang.
7. Tidak seorangpun yang dapat menentang kemauan seorang Buddha.
8. Tidak akan ada gangguan/rintangan dalam konsentrasi batin seorang Buddha.
9. Tidak akan ada gangguan/rintangan dalam Pengetahuan Pandangan Terang seorang Buddha.
10. Vimulthi : tak seorang pun dapat menghalangi keadaan kebebasan Beliau.
11. Tiada yang dapat merintangi jalan usaha Beliau.
12. Tiada yang dapat merintangi jalan pembabaran Dharma Beliau.
13. Tiada sikap main-main pada seorang Buddha.
14. Seorang Buddha tidak membuat kegaduhan.
15. Seorang Buddha tidak memberikan tepuk tangan ketika Beliau merasa senang/gembira.
16. Seorang Buddha tidak terburu-buru pada setiap aktivitas. Beliau selalu tenang dan terkendali.
17. Seorang Buddha tidak melakukan aktivitas yang tidak bermanfaat.
18. Seorang Buddha tidak pernah lalai yang disebabkan oleh ketidaktahuan.
Tentu saja, Sang Buddha Gotama telah mencapai kesempurnaan dalam 15 Sikap Perilaku dan 8 jenis Pandangan Jernih yaitu :
1. Pengendalian Moral (Sila)
2. Menjaga pintu-pintu indera (Indriyasamvara – Sila)
3. Sederhana / tak berlebihan dalam makan.
4. Mengembangkan kewaspadaan atau tekun dalam Kesadaran (Dikatakan bahwa Sang Buddha tidur hanya 1 jam sehari, Beliau senantiasa sadar-waspada)
5. Memiliki 7 Ariyardana, yaitu:
a. Keyakinan (Saddha).
b. Tak mau sampai salah (Ottappa).
c. Malu jika salah (Hiri).
d. Terpelajar atau memiliki pengetahuan (Bahusuta).
e. Semangat (Viriya).
f. Penuh sadar (Sati).
g. Kebijaksanaan (Panna).
Selain itu, ditambahkan pula 4 Brahma – Rupa – Jhana. Karena hanya dengan melalui merekalah, seorang siswa mulia menjaga tingkah lakunya, dan berjalan menuju ke Keadaan Tanpa Kematian. Karena Sang Buddha memiliki kedelapan jenis Pandangan Jernih ini dan 15 macam Sikap Perilaku maka Beliau adalah Vijja – carana- sampanno.
IV. Kecepatan berbicara Sang Buddha :
Dikatakan bahwa Y.A. Ananda, bilamana Beliau berbicara, selalu berbicara 8 kali lebih cepat daripada manusia biasa. Sang Buddha berbicara 8 kali lebih cepat dari pada Y.A. Ananda. Ini berarti bahwa Sang Buddha berbicara 64 kali lebih cepat daripada manusia biasa.