Thursday, September 10, 2009

Mukjizat Sang Buddha, Hanya Untuk orang Bijak dan Obyektif

I. Sepuluh kekuatan pengetahuan dari Sang Buddha ( Dasabala Nawa atau Tathagata Nawa ) :


1. Tharrathawa – Nawa : Sang Buddha mengetahui dengan benar, apa yang mungkin sebagai yang mungkin, dan apa yang tidak mungkin sebagai yang tidak mungkin. Contoh Beliau mengetahui bahwa tidaklah mungkin bagi seseorang yang mempunyai pandangan benar menganggap bentuk-bentuk perpaduan ( samkhara ) sebagai kekal , tetapi itu adalah mungkin dipikirkan bagi orang-orang biasa.
2. Kammavipaka – Nawa : Sang Buddha mengetahui secara tepat masaknya suatu perbuatan yang dilakukan oleh setiap makhluk di masa lampau, sekarang, dan masa yang akan datang, dengan segala kemungkinan dan sebabnya.
3. Sabbatthagamini Patipada – Nawa : Sang Buddha mengetahui secara tepat ke mana tujuan semua jalan dari setiap tingkah laku atau praktek. Beliau mengetahui praktek-praktek yang membawa kepada manfaat masa kini ( dithadhamikattha ), manfaat masa yang akan datang ( samparayikattha) dan manfaat yang luhur atau tertinggi yakni nibbana ( paramattha ).
4. Nanadhatu – Nawa : Sang Buddha mengetahui secara tepat sifat alamiah dari dunia dan alam semesta beserta semua unsur-unsurnya yang beraneka ragam. Beliau mengetahui sifat alamiah dari bentuk-bentuk perpaduan yang berjiwa seperti manusia, binatang, dewa, maupun bentuk-bentuk perpaduan yang tak berjiwa, seperti gunung, pohon, batu, dll. Beliau mengetahui bagian-bagian dari perpaduan tersebut, keadaan dari bagian-bagian tersebut, sifat-sifat serta fungsi dari bagian-bagian tersebut, misalnya fungsi dari bagian kelompok kegemaran ( khanda ), unsur-unsur ( dhatu ), dasar / landasan indera ( ayatawa ), dan unsur-unsur lainnya dari proses kesadaran, serta mengetahui perbedaan dari kesemuanya itu.
5. Nanadhimuttika – Nawa : Sang Buddha mengetahui secara tepat tentang adhimutti, yaitu watak / kecenderungan dari makhluk-makhluk, apakah mereka mempunyai watak yang rendah atau mulia dan sebagainya.
6. Indriyaparopariyatta – Nawa : Sang Buddha mengetahui secara tepat kemampuan indera berbagai makhluk, mengetahui kekurangan dan kelebihan pengendalian indera berbagai makhluk, dan mengetahui kematangan batin seseorang.
7. Jhanadisankilesadi – Nawa : Sang Buddha mengetahui secara tepat tentang murni atau tidaknya suatu jhana, pembebasan, penyatuan pikiran, dan pencapaian serta pengembangannya.
8. Pubbenivasanussati – Nawa : Sang Buddha dapat mengingat secara tepat berbagai jenis kehidupan lampau Beliau.
9. Cutupapata – Nawa : Sang Buddha, dengan Mata Kebuddhaannya yang suci dan di atas kemampuan manusia dapat melihat makhluk-makhluk meninggal dan terlahir kembali sesuai dengan karma mereka masing-masing.
10. Asavakkhaya – Nawa : Sang Buddha mengetahui tentang lenyapnya asava ( noda-noda batin ). Pada kehidupan Beliau yang sekarang , dengan kekuatan batin yang dimilikinya, Beliau melenyapkan noda-noda batin ( asava ) melalui ketenangan batin dan melalui kebijaksanaan, dan merealisasi pembebasan batin serta berdiam di dalam keadaan tersebut.

II. Enam kekuatan khusus dari seorang Buddha
1. Indriya – Paro – Pariyatti – Nana :
Pengetahuan ini dapat membedakan apakah seseorang memiliki saddha, viriya, sati, samadhi dan panna yang dikembangkan lebih dan sesuai dengan hal itu, Sang Buddha memberikan petunjuk-petunjuk kepadanya.
Sebagai contoh, Bhikkhu Vakkali memiliki saddha yang lebih dan selalu duduk di belakang Sang Buddha di dalam Ruang Harum-Nya dan terus memandang kepada Sang Buddha. Vakkali dinasehati oleh Sang Buddha berkenaan dengan hal ini. Bhikkhu Sona memiliki viriya yang lebih. Kakinya sampai berdarah karena berlatih terlalu keras sebagai akibat dari kelebihan viriya ini.

2. Asaya – Anusaya – Nana :
Kemampuan ini membantu mengungkapkan kecenderungan laten di dalam diri seseorang. Contohnya pada kasus Cula Pantaka. Juga pada kasus Pan Chayaga, yang pada masa Buddha Kassapa telah bermeditasi pada objek Pancakkhandha, Dia menanyakan kepada Sang Gotama apa definisi dari seorang bhikkhu. Buddha Gotama mengetahui, dengan kemampuan pengetahuan Asaya – Anusaya Beliau ini, bahwa pada masa Buddha Kassapa ia telah mengembangkan meditasi dengan objek Pancakkhandha, kemudian Beliau berkata : “Seseorang yang mengetahui semua tentang Nama – Rupa adalah seorang bhikkhu.” Karena ini adalah kecenderungan latennya maka objek meditasi ini yang diberikan kepadanya dan bukan yang lainnya.

3. Anavarana – Nana : Pandangan yang tak terhalangi.

4. Sabbannuta – Nana : Maha Tahu. Dengan kekuatan ini, Sang Buddha mengetahui semua bentang 5 hal ini ;
a. Sankhara : bagaimana mereka timbul.
b. Vikara : bagaimana mereka terurai/hancur.
c. Nibbana : padamnya kebodohan.
d. Lakkhana : tentang anicca, dukkha, dan anatta.
e. Pannatti : tentang semua kebenaran konvensional, seperti konsep. Konsep tentang kursi, meja, pohon dan lain-lain.

5. Maha – Karuna – Nana : Beliau mempunyai kasih sayang yang universal.

6. Yamaka – Patiaraya – Nana :

Sang Buddha memiliki 5 cakkhu, yaitu :
a. Mansa – Cakkhu : Mata fisik yang dapat melihat benda yang amat kecil seperti biji kecil dari jarak yang jauh.
b. Dibba – cakkhu : mampu melihat bagaimana mahluk-mahluk muncul dan lenyap. Aspek khusus ini juga disebut: Catupapata Nana.
c. Buddha – cakkhu : terdiri dari Indriya – paro – pariyatti – Nana dan Asaya – Anusaya – Nana.
d. Samanta – cakkhu : Mata dari kemahatahuan. Ini sesungguhnya adalah Sabbannuta – Nana.

III. Delapan belas faktor luar biasa pada setiap Buddha :
1. Setiap Buddha memiliki pengetahuan yang tak terhalang tentang masa lampau.
2. Setiap Buddha memiliki pengetahuan yang tak terhalang tentang masa sekarang.
3. Setiap Buddha memiliki pengetahuan yang tak terhalang tentang masa yang akan datang.
4. Semua perbuatan melalui fisik/jasmani dari seorang Buddha didahului oleh Pandangan Terang.
5. Semua perbuatan melalui ucapan dari seorang Buddha didahului oleh Pandangan Terang.
6. Semua perbuatan melalui pikiran dari seorang Buddha didahului oleh Pandangan Terang.
7. Tidak seorangpun yang dapat menentang kemauan seorang Buddha.
8. Tidak akan ada gangguan/rintangan dalam konsentrasi batin seorang Buddha.
9. Tidak akan ada gangguan/rintangan dalam Pengetahuan Pandangan Terang seorang Buddha.
10. Vimulthi : tak seorang pun dapat menghalangi keadaan kebebasan Beliau.
11. Tiada yang dapat merintangi jalan usaha Beliau.
12. Tiada yang dapat merintangi jalan pembabaran Dharma Beliau.
13. Tiada sikap main-main pada seorang Buddha.
14. Seorang Buddha tidak membuat kegaduhan.
15. Seorang Buddha tidak memberikan tepuk tangan ketika Beliau merasa senang/gembira.
16. Seorang Buddha tidak terburu-buru pada setiap aktivitas. Beliau selalu tenang dan terkendali.
17. Seorang Buddha tidak melakukan aktivitas yang tidak bermanfaat.
18. Seorang Buddha tidak pernah lalai yang disebabkan oleh ketidaktahuan.

Tentu saja, Sang Buddha Gotama telah mencapai kesempurnaan dalam 15 Sikap Perilaku dan 8 jenis Pandangan Jernih yaitu :

1. Pengendalian Moral (Sila)

2. Menjaga pintu-pintu indera (Indriyasamvara – Sila)

3. Sederhana / tak berlebihan dalam makan.

4. Mengembangkan kewaspadaan atau tekun dalam Kesadaran (Dikatakan bahwa Sang Buddha tidur hanya 1 jam sehari, Beliau senantiasa sadar-waspada)

5. Memiliki 7 Ariyardana, yaitu:
a. Keyakinan (Saddha).
b. Tak mau sampai salah (Ottappa).
c. Malu jika salah (Hiri).
d. Terpelajar atau memiliki pengetahuan (Bahusuta).
e. Semangat (Viriya).
f. Penuh sadar (Sati).
g. Kebijaksanaan (Panna).

Selain itu, ditambahkan pula 4 Brahma – Rupa – Jhana. Karena hanya dengan melalui merekalah, seorang siswa mulia menjaga tingkah lakunya, dan berjalan menuju ke Keadaan Tanpa Kematian. Karena Sang Buddha memiliki kedelapan jenis Pandangan Jernih ini dan 15 macam Sikap Perilaku maka Beliau adalah Vijja – carana- sampanno.

IV. Kecepatan berbicara Sang Buddha :

Dikatakan bahwa Y.A. Ananda, bilamana Beliau berbicara, selalu berbicara 8 kali lebih cepat daripada manusia biasa. Sang Buddha berbicara 8 kali lebih cepat dari pada Y.A. Ananda. Ini berarti bahwa Sang Buddha berbicara 64 kali lebih cepat daripada manusia biasa.

Senjata Teknologi Baru Lagiii Cekidot

Ayo Belajar Jadi Hacker !!

Hacker dengan keahliannya dapat melihat & memperbaiki kelemahan perangkat lunak di komputer; biasanya kemudian di publikasikan secara terbuka di Internet agar sistem menjadi lebih baik. Sialnya, segelintir manusia berhati jahat menggunakan informasi tersebut untuk kejahatan - mereka biasanya disebut cracker. Pada dasarnya dunia hacker & cracker tidak berbeda dengan dunia seni, disini kita berbicara seni keamanan jaringan Internet.

Saya berharap ilmu keamanan jaringan di tulisan ini digunakan untuk hal-hal yang baik - jadilah Hacker bukan Cracker. Jangan sampai anda terkena karma karena menggunakan ilmu untuk merusak milik orang lain. Apalagi, pada saat ini kebutuhan akan hacker semakin bertambah di Indonesia dengan semakin banyak dotcommers yang ingin IPO di berbagai bursa saham. Nama baik & nilai sebuah dotcom bisa jatuh bahkan menjadi tidak berharga jika dotcom di bobol. Dalam kondisi ini, para hacker di harapkan bisa menjadi konsultan keamanan bagi para dotcommers tersebut - karena SDM pihak kepolisian & aparat keamanan Indonesia amat sangat lemah & menyedihkan di bidang Teknologi Informasi & Internet. Apa boleh buat cybersquad, cyberpatrol swasta barangkali perlu di budayakan untuk survival dotcommers Indonesia di Internet.

Berbagai teknik keamanan jaringan Internet dapat di peroleh secara mudah di Internet antara lain di http://www.sans.org, http://www.rootshell.com, http://www.linuxfirewall.org/, http://www.linuxdoc.org, http://www.cerias.purdue.edu/coast/firewalls/, http://www.redhat.com/mirrors/LDP/HOWTO/. Sebagian dari teknik ini berupa buku-buku yang jumlah-nya beberapa ratus halaman yang dapat di ambil secara cuma-cuma (gratis). Beberapa Frequently Asked Questions (FAQ) tentang keamanan jaringan bisa diperoleh di http://www.iss.net/vd/mail.html, http://www.v-one.com/documents/fw-faq.htm. Dan bagi para experimenter beberapa script / program yang sudah jadi dapat diperoleh antara lain di http://bastille-linux.sourceforge.net/, http://www.redhat.com/support/docs/tips/firewall/firewallservice.html.

Bagi pembaca yang ingin memperoleh ilmu tentang jaringan dapat di download secara cuma-cuma dari http://pandu.dhs.org, http://www.bogor.net/idkf/, http://louis.idaman.com/idkf. Beberapa buku berbentuk softcopy yang dapat di ambil gratis dapat di ambil dari http://pandu.dhs.org/Buku-Online/. Kita harus berterima kasih terutama kepada team Pandu yang dimotori oleh I Made Wiryana untuk ini. Pada saat ini, saya tidak terlalu tahu adanya tempat diskusi Indonesia yang aktif membahas teknik-teknik hacking ini - tetapi mungkin bisa sebagian di diskusikan di mailing list lanjut seperti kursus-linux@yahoogroups.com & linux-admin@linux.or.id yang di operasikan oleh Kelompok Pengguna Linux Indonesia (KPLI) http://www.kpli.or.id.

Cara paling sederhana untuk melihat kelemahan sistem adalah dengan cara mencari informasi dari berbagai vendor misalnya di http://www.sans.org/newlook/publications/roadmap.htm#3b tentang kelemahan dari sistem yang mereka buat sendiri. Di samping, memonitoring berbagai mailing list di Internet yang berkaitan dengan keamanan jaringan seperti dalam daftar http://www.sans.org/newlook/publications/roadmap.htm#3e.

Remote Control Buat Facebook


Ilustrasi (dmrinteractive)
Washington - Santai di depan televisi tampaknya bakal makin asyik. Cukup dengan remote control dan tetap duduk nyaman, pemirsa bisa berbagi cerita tentang siaran favorit via media online seperti Facebook ataupun Twitter.

Ya, vendor teknologi IBM mendaftarkan paten teknologi remote control Facebook. Dijuluki demikian karena teknologi tersebut memungkinkan akses layanan Facebook atau Twitter cukup dengan remote control televisi.

Dalam dokumen yang didaftarkan di United States Patent and Trademark Office, dikatakan bahwa platform baru itu memungkinkan pemirsa televisi melakukan blogging otomatis dan real time langsung dari remote control, tanpa harus berhubungan dengan komputer.

Sepertinya, IBM ingin membuat sistem untuk memfasilitasi blogging dua arah kala para pemirsa melihat televisi, untuk mendiskusikan program yang berlangsung. Remote control canggih tersebut bakal punya layar untuk menampilkan hasil blogging.

"Salah satu kesenangan saat menyaksikan televisi adalah dengan mendiskusikan program televisi favorit mereka dengan teman," demikian tertera dalam dokumen paten tersebut seperti dilansir InformationWeek dan dikutip detikINET, Selasa (1/9/2009).

Akan tetapi tidak disebutkan kapan IBM bakal mengkomersialkan produk remote control Facebook bersangkutan.

Remote Control Teknologi Tinggi Ala Nikon

Bagi para fotografer professional maupun amatir, saat ini Nikon tengah mengeluarkan teknologi yang dapat mempermudah para fotografer ketika melakukan pemotretan. Yaitu, remote control untuk seri D40,D40x, D50/D70/D70s. Remote ini tidak menggunakan kabel, akan tetapi menggunakan system wire less.

Kemewahan ini hanya dengan satu sentuhan jari saja Kamera digital bisa langsung mengambil objek yang telah siap. Jianisi (3rd party) remote control ini dapat bekerja dalam satu ruangan dengan jarak kurang lebih 5 meter masih bisa mengendalikan kamera. Baterai yang sudah ada didalam Jianisi Remote ini dapat digunakan cukup lama, sehingga tidak khawatir akan kehabisan power. Ukuran yang telah didesain sedemikian rupa, sehingga tepat pada genggaman tangan pengguna.

sumber

TEKNOLOGI MUTAKHIR STEALTH


Zaman elektronis yang kami menghidupi yaitu di mana kemahiran teknis merupakan unsur yang sangat genting dan muktamad bagi hasil suatu perang, kemajuan sehari-hari yang dihasilkan melibatkan ketergantungan penghidupan ratusan orang. Teknologi Stealth akhir-akhir ini menjadi alat terutama dalam pertempuran. Andai kata, ketika Perang Teluk meletus, pesawat tempur Stealth F-117A merupakan salah satu wahana udara terpilih angkatan bersenjata AS. Performansinya lebih sukses sebanding dengan apa yang diharapkan dan satu-satunya pesawat yang tidak menderita satupun goresan. Ketidakperlihatannya yang saksama pada radar-radar di bawah, disebabkan bentuk unik, tataran dan materinya.

Pesawat tempur ini kendatipun memiliki belang-belang tertentu. Hal yang paling mendesak, yakni satu-satunya peran adalah penjatuhan bom-bom yang dituntun laser pada sasaran-sasaran permukaan lapangan, keikutsertaan dalam pertempuran air-to-air atau dog fights di luar kapasitasnya; Jika ketahuan, pesawat itu urung mampu menantang pesawat-pesawat tempur lainnya. Pesawat terbang ini hanya bisa beroperasi pada kecepatan subsonik, demikian pendahuluan musuh bukanlah suatu pilihan yang ada. Sedangkan, gudang senjatanya berisi maksimal dua bom smart, pencegatan pesawat-pesawat udara lain juga mustahil (ketidakberadaan kapabilitas penembakan). Alhasil, penerbangannya terbatas pada malam hari karena bisa mudah diketahui pada siang hari, dan lantas tugas berikutnya yaitu perkembangan masa depan pesawat stealth......Penciptaan kapal terbang yang tidak dapat dipandang mata.

Pengertian stealth yang beroperasi pada siang hari telah diselidiki oleh Lockheed Martin, pesawat udara semacam ini barangkali perlu meleburkan diri ke dalam dasar belakang langit dan juga mengangkut teknologi anti-radar dan infra-merah. Salah satu sistemnya itu "polymer elektrokromis" yang sedang dalam proses perkembangan di Universitas Florida. Helai tipis ini membungkus kulit putih pesawat tempur dan merasakan corak, warna dan kecemerlangan tepi langit dan permukaan darat sekeliling. Gambaran tertampung itu kemudian disorotkan pada sisi lawan pesawat terbang. Sewaktu dimuatkan dengan voltase tertentu, panil ini mengalami perubahan warna. "Kulit" mirip lainnya sedang diuji di fasilitas berrahasia utama Danau Groom Wilayah 51 di Nevada, AS. Dikenal terdiri atas "bahan konduktif yang secara magnetis adalah komposito penyerap-radar didasarkan pada polynaline." Susunan ini baik menyusun reseptor peka terhadap sinar atas seluruh pesawat yang mengintai seluruh kawasan, berikut ini, bahan-bahan pendapatan ditafsirkan sebuah komputer setempat yang mengeluarkannya seperti dalam layar komputer.

Di barisan pengujian lapangan udara Tonopah di Nevada, terdapat pula sistem lainnya yang lagi dijajal; Sebagaimanapun dipertahankan seorang teknisi yang bekerja di pangkalan itu, sebuah pesawat F-15 yang diperalatkan teknologi ini lepas landas dari landasan terbang sekadar untuk lenyap dari penglihatan pada jarak 3,2km. Barangkali pada hari tersebut, dalam waktu menjelang, kita dapat melintasi udara sambil menumpangi pesawat yang sama sekali tidak wujud.

Pertanyaan yang sangat berteka-teki ini lalu menyembul, bagaimana impian pesawat terbang tidak ujud ini berangkat dari khayalak manusia hingga ke cakrawala langit bintang siarah kita? Rubrik besar masalah-masalah yang menghambat penelitian sekonyong-konyong diatasi secara sentak, akhirnya dikawal dalam pada kancah Pentagon. Apa mungkin suatu persetujuan yang berkesepakatan dengan ilmuwan-ilmuwan ekstraterestrial memberi kepada insinyur-insinyur seberhana pengetahuan guna menghasilkan mesin terbang diam ini? Laporan pertama tentang pesawat tempur stealth amat sesuai dengan reportase penglihatan UFO. Hal tersebut boleh dilantarankan UFO yang pada hakikatnya adalah pesawat terbang stealth, dan kemungkinan merupakan pandu-pandu dari dunia lain yang menentukan sambil memantau nilai hasil karya para insan. Oleh sebab jumlah kerahasiaan yang menyelubungkan pokok pembicaraan ini, maka kebenaran tidak ayal tidak akan bisa ditemukan dengan mudah.

Saturday, February 21, 2009

Peristiwa-Peristiwa Aneh

Kutukan Mobil James Dean
Pada bulan September 1955, James Dean tewas dalam kecelakaan mobil yang mengerikan saat ia mengemudikan mobil Porche sportnya. Sesudah itu mobilnya tampaknya menjadi mobil pembawa sial.
Peluru yang sampai ke target setelah bertahun-tahun
Henry Ziegland mengira dia pintar menghindar. Tahun 1883, dia putus dengan pacarnya, yang kemudian sangat stress dan bunuh diri. Kakak laki2 pacarnya sangat marah kemudian mendatangi Ziegland dan menembaknya. Setelah yakin dia sudah membunuh Ziegland, dia mengarahkan pistol ke dirinya sendiri dan bunuh diri. Kenyataanya Ziegland hanya tergores sedikit di wajah dan pelurunya nyasar dan nyantol di pohon. Tentu saja Ziegland merasa sangat beruntung. Bertahun-tahun kemudian dia memutuskan untuk menebang pohon itu, dengan peluru yang masih nyantol. Karena merasa pohon itu susah ditebang dia memutuskan untuk meledakkannya dengan memakai dinamit, Sial sekali ledakannya membuat peluru itu mengenai kepalanya, dan dia tewas seketika.
(Source: Ripley’s Believe It or Not!)

Pria Kembar, yang hidupnya kembar
Cerita mengenai kembar identik yang hidupnya hampir identik memang mengejutkan, tapi mungkin tidak ada yang lebih mencengangkan dari yang satu ini. Cerita dari saudara kembar yang berasal dari Ohio , yang dipisahkan sejak lahir, dan diadopsi oleh keluarga yang berbeda. Tidak mengenal satu sama lain, kedua keluarga menamai mereka dengan nama yang sama, James. Inilah awal dari kebetulan2 itu, Kedua James tumbuh tanpa mengenal satu sama lain, namun keduanya menjalani pelatihan pelaksana-hukum, tertarik pada mechanical drawing dan pertukangan, dan menikahi wanita dengan nama Linda. Keduanya memiliki anak laki2 yang diberi nama James Alan. Keduanya juga menceraikan istrinya dan menikahi wanita lain, keduanya memiliki nama Betty. Dan keduanya memiliki anjing dengan nama Toy. 40 tahun setelah terpisah, kedua pria ini berkumpul kembali dan berbagi kehidupan mereka yang kembar. Sinetron banget…..
(Source: Reader’s Digest, January 1980)

Persis seperti bukunya Edgar Allan Poe
Pada abad ke 19, penulis cerita horor terkenal, Egdar Allan Poe, menulis sebuah buku berjudul ‘The narrative of Arthur Gordon Pym’. Ceritanya mengenai 4 survivors dari kecelakaan kapal yang terdampar berhari2 ditengah laut sebelum memutuskan untuk membunuh dan memakan awak kabin bernama Richard Parker. Bertahun-tahun setelah itu,Tahun 1884, kapal layar Mignonette, tenggelam, dengan hanya 4 orang selamat, dan berhari-hari terdampar, akhirnya 3 senior dari kru memutuskan membunuh dan memakan awak kabinnya. Nama awak kabin itu adalah Richard Parker.

3 orang asing di kereta, dengan nama akhir yang komplementer
Tahun 1920, 3 pria Inggris bepergian terpisah melalui Peru. Saat mereka saling berkenalan, Cuma mereka orang yang ada di dalam kereta. Ternyata perkenalan mereka lebih mengejutkan dari yang mereka bayangkan. Pria pertama memiliki nama akhir Bingham, pria kedua memiliki nama akhir Powell, dan pria ketiga memiliki nama akhir Bingham-Powell, dan mereka tidak ada hubungan saudara. (Source: Mysteries of the Unexplained)

Novel yang memprediksi takdir Titanic, dan kapal lain yang hampir mengikuti
Morgan Robertson, tahun 1898, menulis “Futility”. Menggambarkan maiden voyage(pelayaran perdana) dari kapal mewah untuk melintasi samudra Pasifik yang bernama Titan. Meskipun banyak yang sesumbar kapal ini tidak bisa tenggelam, kapal ini menabrak lapisan es dan tenggelam dengan memakan banyak korban. Tahun 1912, Titanic, transatlantic luxury liner, mengalami peristiwa persis seperti yang digambarkan novel. Kalau di novel , bulan kecelakaan adalah April, peristiwa tenggelamnya Titanic juga April. Kalau di novel penumpangnya ada 3000 orang, dalam realita sebanyak 2.207. Dalam novel ada 24 lifeboat, kenyataannya 20. Sebulan setelah Titanic tenggelam, kapal liar bepergian melintasi Atlantik yang berkabut dengan seorang anak muda yang mengendalikan. Saat dia ingat kembali mengenai Titanic , dan mengingat bahwa nama kapalnya sendiri adalah Titanian, dia mulai merinding dan menghentikan kapal. Saat itulah bongkah es besar menghantam di depan jalur yang mereka lewati. Titanian selamat.

Twin brothers, terbunuh di jalan yang sama, selisih 2 jam
Tahun 2002, Saudara kembar berusia 70an, tewas dengan selisih jam satu dengan lainnya pada kecelakaan yang berlainan di jalan yang sama di Finlandia selatan. Yang pertama tewas ketika ditabrak lori saat mengendarai sepedanya di Raahe, jarak 600 km ke selatan dari ibukota, Helsinki . Hanya berjarak 1,5 km dari kejadian dimana saudaranya tewas. “Ini adalah kebetulan yang bersejarah, meskipun jalannya terkenal sibuk, tapi kecelakaan jarang terjadi disini” police officer Marja-Leena Huhtala mengatakan pada Reuters. ” membuat bulu kuduk berdiri waktu tahu keduanya adalah saudara.
(Source: BBC News)

Dua bersaudara terbunuh supir taxi yang sama, rentang setahun
Tahun 1975, saat menyetir moped di Bermuda, seorang pria tiba-tiba ditubruk taxi dan tewas seketika. Satu tahun kemudia, saudara laki2 pria ini mengalami hal yang sama persis. Faktanya, dia mengendarai moped yang sama. Dan lebih aneh lagi, dia ditubruk taxi yang sama dan disetir oleh supir yang sama, mau yang lebih aneh lagi? Taxi ini mengangkut penumpang yang sama!
(Source: Phenomena: A Book of Wonders, John Michell and Robert J. M. Rickard)

Seorang penulis, menemukan buku masa kecilnya
Saat novelis Amerika, Anne Parrish mencari2 buku di toko buku kota Paris tahun 1920, dia tertarik dengan satu buku yang dulu menjadi buku favoritnya – Jack Frost and Other Stories. Dia memilih buku tua itu dan menunjukkannya pada suaminya, mengatakan padanya bahwa itu adalah buku favoritnya pada saat dia kecil. Suaminya mengambil dan membuka buku itu , pada halaman pertama dia menemukan catatan “Anne Parrish, 209 N. Weber Street, Colorado Springs.”. (Source: While Rome Burns, Alexander Wollcott)

3 percobaan bunuh diri, digagalkan monk yang sama
Joseph Aigner pelukis cukup ternama pada abad ke 19 di Austria, tampaknya adalah orang yang tidak bahagia: dia beberapa kali mencoba bunuh diri. Percobaan pertama pada usia 18 saat dia mencoba menggantung diri, tapi digagalkan oleh kemunculan misterius seorang Capuchin monk. Pada usia 22 dia mencoba menggantung diri lagi, tapi lagi2 diselamatkan oleh monk yang sama. 8 tahun kemudian dia dibawa ke tiang gantungan karena aktifitas politiknya. Sekali lagi dia diselamatkan oleh monk yang sama. Di usia 68, Aiger akhirnya sukses melakukan bunuh diri, dengan memakai pistol. Acara pemakamannya dipimpin oleh monk yang sama, pria yang namanya tidak pernah diketahui oleh Aiger.
Susah kali kalo pake pistol nyegahnya, musti ada bullet time nih….
(Source: Ripley’s Giant Book of Believe It or Not!)

A writer’s plum pudding
Tahun 1805, penulis Prancis Émile Deschamps ditraktir oleh orang asing Monsieur de Fortgibu. Sepuluh tahun kemudian, dia melihat menu restoran dan memesan plum pudding, tapi pelayan mengatakan bahwa hidangan terakhir sudah dipesan dan disajikan ke orang lain yang ternyata adalah de Fortgibu. Bertahun-tahun setelah itu kira-kira 1832 Émile Deschamps sedang makan malam, dan sekali lagi dia ditawari plum pudding. Dia jadi ingat insiden bertahun-tahun lalu dan mengatakan pada temannya bahwa yang kurang dari setting cuma de Fortgibu, dan masuklah de Fortgibu yang kini sudah tua ke ruang restoran itu.

Penemuan Hotel Tertukar
Tahun 1953, reporter TV Irv Kupcinet ada di London untuk meliput penobatan Elizabeth II. Di salah satu laci di kamarnya di Savoy dia menemukan beberapa barang yang, setelah diidentifikasi, milik seseorang bernama Harry Hannin. Kebetulan , Harry Hannin bintang bola basket dengan tim Harlem Globetrotters yang terkenal itu, adalah teman baik Kupcinet. Tapi cerita ini ternyata memiliki alur yang twist. 2 Hari sesudahnya, sebelum dia berbicara kepada Hannin. Di satu surat, Hannin mengatakan pada Kucinet bahwa saat dia menginap di Hotal Meurice di Paris, dia menemukan di laci sebuah dasi, dengan nama Kupcinet di dasi tersebut! (Source: Mysteries of the Unexplained)
Kemenangan Poker, tak disangka-sangka anaknya sendiri
Tahun 1858, Robert Fallon ditembak mati, aksi balas dendam dari mereka yang bermain poker dengannya. Fallon, dituduh, memenangkan $600 pot dengan bermain curang. Dengan kursi Faloon sekarang kosong dan tidak ada pemain lain yang berkeinginan menggantikannya, akhirnya mereka menemukan pemain baru untuk menggantikan Fallon. Saat polisi tiba untuk melakukan investigasi, pemain baru tersebut sudah melipatgandakan uang Fallon menjadi $2.200, polisi meminta $600 milik Fallon untuk diberikan ke kerabat dekat Fallon, hanya saja ternyata pemain baru itu adalah anak laki2 Fallon yang tidak pernah bertemu ayahnya sejak 7 tahun!
(Source: Ripley’s Giant Book of Believe It or Not!)

Dua Mr. Brysons, di kamar hotel yang sama
Waktu sedang dalam perjalanan bisnis di akhir tahun 1950an, Mr. George D. Bryson berhenti dan masuk ke sebuah hotel di Brown Hotel di Louisville, Kentucky. Setelah menandatangani surat registrasi dan diberi kuci kamar 307, dia berhenti di meja surat untuk melihat surat-surat yang ada. Ternyata ada surat yang ditujukan untuknya kata seorang mail girl, dan diberikanlah surat itu padanya. Sebuah surat dalam amplop yang dialamatkan ke Mr. George D. Bryson, room 307. Tidak akan terlalu aneh, kecuali surat itu bukanlah untuknya, tapi untuk ruang 307 dan orang yang menempati sebelumnya, orang lain dengan nama George D. Bryson. (Source: Incredible Coincidence, Alan Vaughan).
King Umberto I’ double
Di Monza, Italia, King Umberto I, pergi ke suatu restoran untuk makan malam, ditemani oleh aide-de-camp (perwira pembantu), jendral Emilio Ponzia- Vaglia. Saat pemilik membaca pesanan King Umberto, Raja mulai menyadari kalau dia dan pemilik restoran adalah virtual doubles, baik dalam hal wajah maupun postur. Kedua pria ini mulai berdiskusi mengenai kemiripan keduanya dan menemukan bahwa :
a) Kedua pria ini lahir di hari yang sama dan tahun yg sama, (March 14th, 1844).
b) Kedua pria ini lahir di kota yang sama.
c) Kedua pria ini menikahi wanita dengan nama yang sama, Margherita.
d) Restauranteur membuka restorannya pada hari yang sama saat King Umberto dinobatkan sebagai raja Itali.
e) Pada 29 July 1900, King Umberto diinformasikan bahwa pengusaha restoran itu telah meninggal hari itu karena penembakan misterius, saat dia mengungkapkan rasa penyesalannya, dia terbunuh oleh anarkis yang ada dalam kerumunan.

Novel yang tidak disangka menggambarkan tetangga yang menjadi mata-mata
Saat Norman Mailer memulai novelnya Barbary Shore, sama sekali tidak ada rencana bahwa mata-mata Rusia yang menjadi karakter. Saat dia menggarapnya, dia memperkenalkan mata-mata Rusia ini sebagai karakter minor. Selama pekerjaan berlanjut, mata-mata ini menjadi karakter dominan di novel, setelah novelnya selesai Petugas Imigrasi U.S menahan pria yang tinggal satu lantai diatas apartemen Mailer. Dia adalah kolonel Rudolf Abel, dipercaya sebagai mata-mata Rusia kelas satu saat itu.
(Source: Science Digest)

Mark Twain dan komet Halley
Mark Twain lahir saat penampakan komet Halley tahun 1835, dan meninggal di penampakan komet Halley berikutnya 1910. Dia sendiri memprediksinya tahun 1909 saat dia berkata “Aku datang dengan komet Halley tahun 1835. Tahun depan komet ini datang lagi, dan aku berharap bisa pergi dengannya”

Saudara kembar, serangan jantung yang sama
John dan Arthur Mowforth adalah saudara kembar yang hidup terpisah 80 mil di Great Britain. Pada satu sore tanggal 22 mei 1975, keduanya jatuh sakit karena nyeri di bagian dada. Kedua keluarganya tidak mengetahui mengenai sakitnya saudara yang lainnya. Kedua keluarga segera berangkat ke rumah sakit yang berlainan pada waktu yang kira-kira bersamaan. Dan keduanya meninggal karena serang jantung beberapa saat setelah sampai di rumah sakit.
(Source: Chronogenetics: The Inheretance of Biological Time, Luigi Gedda and Gianni Brenci)

Hari ke 21, hari sial bagi King Louis XVI
Saat raja Prancis King Louis XVI masih kecil, dia diperingatkan oleh seorang astrolog untuk selalu dalam penjagaan pada hari ke 21 setiap bulan. Louis dibuat takut oleh peringatan ini dan tidak pernah melakukan urusan pada hari ke 21. Sayangnya Louis tidak selalu dalam penjagaan. Pada tanggal 21 juni 1791, mengikuti revolusi Prancis, Louis dan ratunya di tahan di Varennes. 21 September 1791, Prancis menghapus institution of Royalty dan memproklamirkan diri sebagai republik. Akhirnya 21 januari 1793, King Louis XVI di eksekusi dengan guillotine.

http://netverum.blogspot.com/2009/02/kejadian-kejadian-aneh-yang.html

a) Saat mobilnya diderek dari tempat terjadinya kecelakaan dan dibawa ke garasi, mesinnya copot dan jatuh mengenai mekaniknya, dan menghancurkan kedua kakinya.
b) Akhirnya mesinnya dibeli oleh seorang doctor, yang memasangnya di mobil balapnya dan tewas setelah itu, saat dia balapan. Pembalap lain, di balapan yang sama, tewas dimobilnya, yang dipasangi poros kardan milik James Dean.
c) Tempat dimana porche milik James Dean diperbaiki, yaitu sebuah garasi, rusak terbakar habis.
d) Kemudian mobil itu dipamerkan di Scramento, namun tiba-tiba rusak berantakan dan melukai pinggul seorang remaja.
e) Di Oregon, trailer dimana mobil itu diperbaiki terselip dan menghantam sebuah toko.
f) Akhirnya, tahun 1959, secara misterius mobil itu rusak berantakan menjadi 11 bagian.


Bayi jatuh, diselamatkan dua kali oleh orang yang sama
Di Detroit tahun 1930an, ibu muda (yang sangat sembrono) harus berterima kasih sebesar2nya pada pria bernama Joseph Figlock. Saat Figlock sedang jalan-jalan, bayi ibu muda tersebut jatuh dari jendela dari lantai atas dan mengenai Figlock. Keduanya tidak terluka dan selamat. Sangat beruntung yah, tapi setahun setelah itu, bayi yang sama jatuh dari jendela yang sama, dan kebetulan sekali pria yang sama berjalan dibawahnya, dan lagi keduanya selamat, kayak sinetron yah….
(Source: Mysteries of the Unexplained)

Temuan Ilmuwan Muslim Indonesia Digunakan oleh NASA

Blog Entry
Ilmuwan Indonesia menciptakan pemindai empat dimensi pertama di dunia. Laboratoriumnya hanya ruko sederhana. Sangat diperlukan untuk industri perminyakan. Teknologi tersebut adalah teknologi ECVT (electrical capacitance volume tomography). ECVT adalah sistem pemindai berbasis medan listrik statis yang mampu menghasilkan citra obyek volumetrik dan real time (seketika). Pada dasarnya, teknologi ECVT adalah teknologi scanning atau fotokopi yang bisa melihat secara real time dan 3 dimensi gerak bahan di dalam boiler, reaktor industri, pipa, dsb, meskipun bertekanan dan bersuhu tinggi. Teknologi ECVT bisa diterapkan di berbagai bidang mulai dari bidang industri, kedokteran, pertambangan, proses kimia, body scan untuk keperluan security, pencitraan aktifitas di dalam gunung berapi atau semburan lumpur panas, dll.


Teknologi tersebut kini dipakai oleh Badan Antariksa Amerika Serikat atau National Aeronautics and Space Administration (NASA). “Guna penerapan pada pemindaian obyek dielektrika pada saat misi antariksanya,” demikian tulis editorial jurnal Industrial and Engineering Chemistry Research edisi Januari 2009, yang diterbitkan oleh American Chemical Society. NASA, dalam jurnalnya yang dipublikasikan di Measurement Science and Technology yang terbit di Inggris, menyatakan telah memanfaatkan teknologi ECVT untuk memindai keberadaan air di permukaan luar pelapis sistem pelindung panas pada dinding pesawat ulang-aliknya. Teknologi ECVT mampu menghasilkan citra volumetrik dan real time dari konsentrasi air yang terakumulasi pada dinding luar pesawat ulang-alik.

Adalah Dr. Warsito yang menemukan dan mengembangkan teknologi ECVT ini. Ilmuwan muslim dari Indonesia ini juga sebagai pemilik paten ECVT yang didaftarkan di dokumen paten AS. Dr. Warsito meraih gelar pendidikan S1 s.d S3 di Shizuoka University, Jepang. Dia adalah Ketua Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI) dan Ketua Dewan Penasehat Institute for Science and Technology Studies (Istecs). Pernah meraih penghargaan Tokoh Muda Indonesia (Gatra, 2003) dan meraih penghargaan Yang Mengubah Indonesia (Tempo, 2006). Dr. Warsito mengembangkan teknologi ECVT di Center for Tomography Research Laboratory (CTECH Labs), sebuah laboratorium pada ruang berukuran 5 x 8 meter di sebuah ruko berlantai dua di Tangerang. CTECH boleh saja disebut laboratorium “kelas ruko”, tapi karya yang dihasilkannya sungguh “berkualitas ekspor”. Betapa tidak, CTECH di bawah pimpinan Warsito berhasil menciptakan alat pemindai empat dimensi (4D) pertama di dunia. Karyanya itu diluncurkan pertama kali di Koffolt Laboratories, Department of Chemical and Biomolecular Engineering, Ohio State University, Columbus, Ohio, Amerika Serikat, November lalu.

Bangsa Indonesia harus bangga dengan temuan yang bisa diaplikasikan langsung secara luas di dunia industri ini. Temuan atas teknologi pencitraan secara 3 dimensi sempat menjadi headlines di media electronik maupun cetak yang menyangkut sains dan teknologi di seluruh dunia belum lama ini. Berita yang pertama kali dirilis oleh Ohio State Research News pada tanggal 27 Maret 2006 itu kemudian dikutip oleh ScienceDaily (AS), Scenta (Inggris), Chemical Online, Electronics Weekly dan hampir seluruh media pemberitaan iptek di segala bidang dari energi, kedokteran, fisika, biologi, kimia, industri, elektronika hingga nano-teknologi dan antariksa di seluruh dunia.

Aptera, Mobil Masa Depan

Mobil Aptera

Mobil Aptera

Inovasi terus dikerjakan oleh para ilmuwan untuk menemukan hal-hal baru demi kemudahan hidup manusia. Di bidang otomotif, penemuan yang terus menjadi mimpi para inovator itu adalah penciptaan kendaraan paling cepat, aman, irit, dan murah.

Insinyur Steve Fambro dan Chris Anthony mengklaim telah menemukan kendaraan impian itu melalui Aptera. Lima tahun lalu, Steve Fambro yang bekerja di sebuah perusahaan bioteknologi menghabiskan akhir pekannya untuk melakukan percobaan berulang-ulang untuk meningkatkan efisiensi BBM kendaraan pikapnya. “Saya terus berpikir akan sebuah sebuah dalil bahwa pemakaian BBM semakin sedikit jika hambatan berkurang,” katanya. “Kendaraan apa yang tidak mempunyai hambatan seperti itu?” lanjutnya.

Interior Aptera

Interior Aptera

Setelah ratusan kali bereksperimen, Aptera yang diperkenalkan di pabriknya di Vista, California, awal pekan lalu adalah jawaban dari mimpi Fambro. Terinspirasi kendaraan luar angkasa tokoh film kartun 1960-an The Jetsons, Fambro dan timnya membuat mobil berbentuk separo telur, dengan tiga roda, serta dua tempat duduk.

Bentuk Pintu Aptera

Bentuk Pintu Aptera

Mobil berdesain futuristik itu diklaim Fambro sebagai mobil revolusioner. “Aptera membuka sebuah kategori otomotif baru berupa mobil superringan dengan kemampuan tempuh bermil-mil yang dirancang untuk dapat dikemudikan di jalan-jalan umum dengan harga USD 30.000 (sekitar Rp 360 juta),” ujarnya.

Interior Aptera

Interior Aptera

Dengan berat hanya sekitar 680 kg, Aptera dibuat dari komposisi ultra ringan. Chris Anthony, partner Fambro, mengungkapkan, Aptera menggunakan material fiber ringan yang biasa dipergunakan di perahu-perahu cepat. Bobot di bawah rata-rata mobil normal itu membuat Aptera mampu menempuh jarak 42 km dengan hanya satu liter bensin. Ini sama dengan rata-rata konsumsi BBM untuk sepeda motor

Aptera, Mobil Masa Depan? Mungkin!

Aptera, Mobil Masa Depan? Mungkin!

Tahun ini Aptera direncanakan dikembangkan menjadi sebuah kendaraan yang lebih besar dengan empat tempat duduk. “Aku berpikir waktu akan terus bergerak dan mobil-mobil akan bergeser dalam penampilannya,” kata Fambro. “Dua puluh tahun dari sekarang, kita akan melihat mobil-mobil menggunakan energi dengan bahan yang dikenal sebagai sampah di masa sekarang. Mereka akan membuat kita merasa aneh,” kata Fambro.

Tampak Depan

Tampak Depan

Ambisi besar dan hasil kerja keras Fambro ternyata juga mengundang Google.org, bagian dari grup Google, untuk menyumbangkan USD 2,75 juta pada proyek Aptera.

Aptera, keren abis, deh!

Aptera, keren abis, deh!

Bagaimana tanggapan konsumen? Chief Executive Aptera Paul Wilbur mengaku daftar calon pembeli Aptera telah mencapai 4.000 orang sampai pertengahan tahun ini. Sebagian besar dari penginden itu adalah pencinta teknologi, eksekutif perusahaan IT, orang kaya yang menjadikan Aptera sebagai mobil kedua atau ketiganya.

Salah Satu Tipe Emblem Aptera

Salah Satu Tipe Emblem Aptera

Serangga Berbahaya

Selasa, Februari 17, 2009 | | |
Biasanya binatang-binatang berukuran besar yg membuat kita takut, tapi daftar di bawah ini hanya menampilkan hewan-hewan kecil yg mungkin berbahaya atau lebih tepatnya “menyakitkan”. Meski kebanyakan dari kita jarang bertemu dari makhluk kecil-kecil ini tapi banyak kasus serangan yg dilaporkan terjadi pada banyak orang setiap tahunnya. Daftar ini tidak mencantumkan hewan-hewan air.
  1. Ticks (KUTU).

    Kutu menempati rangking kedua setelah nyamuk sebagai pelaku penyebaran penyakit terbanyak di seluruh muka bumi ini. Mereka ini menyedot darah dari “korban” (hewan atau manusia) yg ditempelinya.
    Membasmi makhluk ini ternyata sulit karena mereka biasa meninggalkan bagian kepalanya yg kemudian menimbulkan infeksi serius pada korbannya. Penyakit pada manusia yg disebabkan kutu adalah : Lyme disease, Rocky Mountain spotted fever, tularemia, Equine Encephalitis, Colorado Tick Fever, African Tick Bite Fever, dan Ehrlichiosis (gk tau ni indonesianya apa, mungkin gatel-gatel ya…)

  2. Tarantula Hawk.

    Bukan tarantula yg terkenal itu tapi sebangsa serangga yg memburu tarantula sebagai mangsa utamanya. Yang berbahaya dari serangga ini adalah sengatannya, salah seorang peneliti yg pernah disengat Tarantula Hawk menggambarkan rasanya “…semua bagian tubuh menjadi lumpuh karena rasa sakit yg luar biasa, dan satu-satunya yg mungkin masih bisa kamu lakukan adalah… Menjerit !”

  3. Tsetse Fly.

    Adalah lalat besar dari Afrika yg menghisap darah dari hewan dan juga manusia. Mereka ini menyebabkan penyakit “Sleeping Sickness” pada manusia dan “Nagana” pada hewan ternak. Sleeping sickness disebabkan parasit yg bernama Trypanosoma yg ditularkan dari lalat ini. Gejala penderita penyakit ini adalah demam dan pusing yg menjalar sampai ke leher. Pada tahap lanjut penderita akan mengalami tidur berhari-hari dan insomnia yg bisa berakhir dengan kematian.

  4. Africanized Bees ( Lebah Pembunuh ).

    Lebah ini dihasilkan dari kimpoi silang antara lebah ratu Tanzania dgn spesies lainnya yg gk sengaja terlepas dari laboratorium (kaya di filem monster aja). Yang membuat lebah ini mematikan adalah nalurinya dalam mempertahankan sarangnya dan kecenderungannya untuk bergerombol.
    Mereka juga dikenal suka mengejar musuh-musuhnya walaupun sudah jauh dari sarangnya. Sebenernya racun lebah ini sama dengan lebah madu biasa tapi karena mereka sangat agresif dan menganut sistem keroyokan dalam menyerang maka korbannya bisa mati karena ini.

  5. Deathstalker.

    Namanya keren yah. Ini adalah jenis kalajengking yg bisanya sangat berbahaya. Bisanya terdiri dari berbagai macam campuran neurotoxin, meskipun sengatannya gk bisa membunuh seorang pria yg sehat tetapi bagi anak kecil atau manula suntikan kalajengking ini bisa mematikan. Ironisnya bisa kalajengkin ini jg dipakai sebagai obat tumor otak dan diabetes.

  6. Black Widow.

    Hewan ini sudah terkenal dimana-mana karena bisanya yg jauh lebih mematikan dari gigitan rattlesnake. Untungnya karena ukuran spider ini kecil jadi bisa yg dihasilkan jg gk terlalu banyak sehingga mengurangi efektifitasnya.

  7. Army Ants (atau Semut Prajurit)

    Saat mereka sendirian emang gk berbahaya. Tapi mereka ini kemana-mana selalu bergerombol dalam jumlah massive. Dan sangat berbahaya kalo disekitar rumahmu ada semut ini. Karena ketika mereka kelaparan rumahmu bisa diserbu semut ini dgn pasukan perang yg jumlahnya bisa mencapai 50 juta semut!
    Salah satu korban (manusia) serangan semut ini dilaporkan tewas karena sesak nafas. Ya semut ini menyerang manusia dengan masuk ke dalam rongga paru-paru sehingga korbannya tercekik lalu memakan organ-organ tubuh mulai dari dalam.

  8. Bullet Ants (Semut Peluru).

    Gigitan semut ini gak akan membunuhmu. Tapi kamu pasti gak akan bisa melupakannya karena semut ini menempati rangking satu sebagai sebagai hewan dengan gigitan yg paling menyakitkan yg pernah ditemukan manusia. Makanya namanya peluru karena gigitannya rasanya seperti tertembak senjata api.
    Semut Peluru menempati peringkat pertama dalam “Schmidt Sting Pain Index” dan digambarkan kalo gigitannya menimbulkan “gelombang iritasi panas, nyeri dan semua rasa sakit yg pernah ada – dan yg lebih buruk lagi hal ini berlangsung selama 24 jam”

  9. Anopheles Mosquito ( Nyamuk Anopheles ).

    Nyamuk ini dianggap sebagai makhluk paling mematikan di dunia. Karena apa? Setiap tahun mereka ini menjadi penyebab 300 juta kasus penyakit malaria di seluruh dunia dimana 1 sd 3 juta kasus berakhir dengan kematian.
    Nyamuk anopheles juga membawa wabah demam dengue, kaki gajah (Elephantiasis) dan demam kuning. Mereka hanya aktif dimalam hari.

Arkeolog Yakini Batu 'Jimat' Ponari Benda Prasejarah


Rabu, 18 Februari 2009 | 17:56 WIB

TEMPO Interaktif, Jombang: Fenomena kemunculan batu "sakti" yang dimiliki dukun cilik Ponari di Desa Balongsari, Megaluh, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, diduga benda prasejarah. "Kasiat" batu yang menyihir ribuan orang untuk mencari kesembuhan berbagai penyakit ini mendapat perhatian serius pakar arkeologi.

Dari bentuk fisiknya, batu itu merupakan salah satu benda prasejarah semacam beliung yang berfungsi sebagai perkakas atau peralatan manusia pada masa neolithicum. "Kami sangat yakin batu milik adik Ponari itu adalah artefak prasejarah. Memang batu itu agak jarang dan hanya ada dua buah di Pulau Jawa," kata Dr Ali Akbar, arkeolog dari Departemen Arkeologi Universitas Indonesia kepada Tempo, Rabu (18/2).

Menurut Ali Akbar, yang mengamati batu Ponari melalui foto, sebagai beliung pada jaman neolithicum, batu Ponari dibuat pada masa akhir prasejarah sekitar 4.000 tahun yang lalu atau 2.000 tahun Sebelum Masehi. Pada jaman itu bentuk beliung terdiri dari beberapa jenis. Ada yang berbentuk persegi, segitiga, lonjong dan bulat. Alat-alat itu bisa berfungsi sebagai kapak, cangkul atau pahat. Tergantung pada bentuk dan besarnya.

"Nah, batu milik dik Ponari termasuk jenis beliung bulat yang penggunanya disambung dengan kayu sebagai pegangannya. Fungsinya seperti mata pahat jaman sekarang," terang Ali Akbar. Ia menambahkan, batu peninggalan jaman prasejarah semacam itu tidak memiliki kekuatan mistis karena fungsinya hanya sebagai perkakas.

Namun sebagai arkeolog, Ali Akbar juga tidak berani mencegah antusiasme masyarakat meyakini kekuatan benda jaman batu Ponari tersebut. "Kalau soal keyakinan adanya kekuatan pada batu itu, sudah di luar disiplin ilmu kami. Kami tidak bisa mencegah atau menganjurkan. Tapi kami harus mengatakan bahwa batu itu tidak memiliki kekuatan mistis apapun," jelas Akbar.

Tentang cerita ikhwal kemunculan batu saat petir menyambar kemudian mengejar Ponari di saat hujan turun deras, menurut Ali Akbar semakin memperkuat bahwa batu itu benda jaman prasejarah. Benda-benda prasejarah yang terkubur ribuan tahun lamanya sering tersingkap oleh guyuran hujan deras. Saat melakukan ekskavasi (penggalian) benda purbakala, para arkeolog sering terbantu oleh guyuran hujan deras.

"Kalau soal batu yang katanya terus mengejar Ponari, sejauh yang kami teliti baru pernyataan sepihak keluarga dan tidak ada saksi," kata Ali Akbar.

DWIDJO U. MAKSUM

Lift Ruang Angkasa



LIFT ruang angkasa. Itulah impian terbesarnya. Di sebuah ruang makan di Tokyo, pebisnis Jepang Shuichi Ohno tampil menggebu-gebu. Sebagai ganti roket, dia ingin menggunakan lift untuk terbang ke ruang angkasa.

Belum lama ini Shuichi Ohno menyelenggarakan konferensi lift ruang angkasa pertama di Jepang. Dari segenap penjuru dunia datang para pembicara. Laporan koresponden Kjeld Duits dari Tokyo.

Shuichi Ohno adalah ketua Perhimpunan Lift Ruang Angkasa Jepang. Ia punya model beberapa lift ruang angkasa untuk menjelaskan gagasannya. "

Harus dibuat tali sepanjang tiga meter yang tebalnya setengah sentimeter," jelasnya. "Tali ini harus diluncurkan sepanjang 100 ribu kilometer ke ruang angkasa. Kemudian sebuah lift yang diangkat oleh sinar laser mendorong tali itu ke ruang angkasa."

Cara menjelaskannya, seolah-olah Shuichi Ohno menganggap itu barang biasa. Dan liftnya mencapai 20 ton.

Lebih murah dan lebih aman
Shuichi Ohno adalah anggota kelompok yang cepat berkembang di dunia, yaitu kelompok ilmuwan, insinyur dan kalangan penggemar luar angkasa yang yakin bahwa waktunya sudah tiba bagi cara baru melawat ke ruang angkasa. Kabarnya lift ruang angkasa ini lebih murah dan lebih aman katimbang roket.

Lebih murah karena roket sangat berat oleh bahan bakar yang dibutuhkannya. Lebih aman karena roket yang meluncur cepat itu juga bisa menyebabkan kecelakaan.

Gagasan lift ruang angkasa ini dianggap serius, sehingga, sejak 2005 di Amerika Serikat diselenggarakan perlombaan mengembangkan lift ini. Sampai tahun 2010, Lembaga luar angkasa Amerika NASA menyediakan dana sebesar empat juta dolar sebagai hadiah kepada pemenangnya.

Walau demikian, konperensi tentang lift ruang angkasa ini diselenggarakan di Jepang. "Banyak orang Jepang kenal lift ini, karena pada tahun 1980an lift itu sudah digunakan pada film kartun Jepang yang sangat populer." Menurut Ohno, masyarakat Jepang sangat suka pada teknologi dan aparatur yang perlu untuk mewujudkan lift ruang angkasa.

Kuat Tapi Ringan
Masalah terbesar adalah membuat tali itu. Dibutuhkan bahan yang 100 kali lebih kuat katimbang baja, tetapi juga lebih ringan. "Kalau pipa-pipa sangat kecil dari zat arang bisa dibuat semurah mungkin, maka lift itu bisa tercipta," demikian Ohno. Pipa-pipa dari zat arang dibuat sedemikian rupa sehingga bisa begitu panjang katimbang pipa biasa.

"Para ahli berpendapat dibutuhkan kekuatan 300 kilometer per jam," kata Ohno. Dengan kecepatan seperti itu masih dibutuhkan waktu lima hari untuk melawat ke ruang angkasa, sehingga tampaknya lift ruang angkasa bagi barang akan segera terwujud.

Tinggal soal pipa kecil zat arang yang kuat dan murah serta lift yang cepat harus diselesaikan. Tapi masih adalah tantangan lain. Lebih mudah mengganti pesawat terbang dengan lift ruang angkasa, asal tidak ada badai dan petir. "Bahan ini bisa mengimbaskan listrik, jadi akan ada masalah jika ada petir." Selain itu, semua satelit yang ada di ruang angkasa harus dimusnahkan, kalau tidak bisa terjadi tabrakan.

Monopoli
"Tapi," kata Ohno, "selama ini kita lebih prihatin dengan masalah-masalah politik dan struktur bangunannya. Kami percaya ini adalah upaya internasional, tetapi besar kemungkinan sebuah negara tertentu akan menuntut hak monopoli." Negara-negara yang selama ini sudah berinvestasi besar-besaran pada teknologi luar angkasa, tentu tidak ingin kalau harga teknologi luar angkasa anjlok. Karena investasinya akan sia-sia belaka.

Mungkin itu salah satu alasannya kenapa organisasi luar angkasa Jepang JAXA tidak ikut serta dalam konperensi ruang angkasa. "Memang akan hadir ilmuwan JAXA, tapi itu tidak diumumkan secara terbuka," kata Shuichi Ohno.

Piramida di Segitiga Bermuda


Belum lama ini, beberapa ilmuwan Amerika, Perancis dan negara lainnya pada saat melakukan survey di area dasar laut Segitiga Bermuda, Samudera Atlantik, menemukan sebuah piramida berdiri tegak di dasar laut yang tak pernah diketahui orang, berada dibawah ombak yang menggelora! Panjang sisi dasar piramida ini mencapai 300 meter, tingginya 200 meter, dan jarak ujung piramida ini dari permukaan laut sekitar 100 meter. Jika bicara tentang ukuran, piramida ini lebih besar skalanya dibandingkan dengan piramida Mesir kuno yang ada di darat. Di atas piramida terdapat dua buah lubang yang sangat besar, air laut dengan kecepatan tinggi melalui kedua lubang ini, dan oleh karena itu menggulung ombak yang mengamuk dengan membentuk pusaran raksasa yang membuat perairan disekitar ini menimbulkan ombak yang dahsyat menggelora dan halimun pada permukaan laut. Penemuan terbaru ini membuat para ilmuwan takjub.

Ilmuwan Kaitkan Mutasi Gen dengan Lama Bertahan Hidup

Kamis, 19 Februari 2009 | 12:04 WIB

TEMPO Interaktif, Washington: Para ilmuwan telah mengidentifikasi dua mutasi gen yang dipercaya terkait dengan tipe kanker otak paling umum dan daya tahan hidup yang lebih lama, menurut riset yang dipublikasikan Rabu.

Peneliti di Universitas Johns Hopkins dan Duke menemukan variasi di gen IDH1 dan IDH2 yang dikaitkan dengan tiga perempat dari tipe kanker yang paling umum, dikenal sebagai gliomas.

Penemuan itu diharapkan dapat membuka jalan untuk penangan penyakit itu yang lebih berhasil.

Pasien dengan tipe mutasi ini dapat bertahan hidup setidaknya dua kali lebih lama dibandingkan variasi gen lainnya, menurut penelitian yang dipublikasikan di Journal of Medicine New England pada 19 Februari.

"Patolog menemukan bahwa sesuatu yang berguna untuk menentukan status IDH1/IDH2 untuk membantu mengidentifikasi dan mengklasifikasikan kanker ini," kata Williams Parsons, seorang profesor tamu di bagian pediatric onkologi di Johns Hopkins.

"Mutasi IDH dapat digunakan sebagai biomarker yang dapat membantu menemukan orang-orang yang kemungkinan mendapat hasil lebih baik dan menerima penangangan yang berbeda," kata Darell Bigner dari Duke University dan coauthor dari laporan itu.

Giant rat caught in China

A giant rat with one-inch-long teeth has been caught in the southern Chinese province of Fujian.
Giant rat caught in China
Giant rat with one-inch-long teeth has been caught in the southern Chinese province of Fujian Photo: HTTP://NEWS.163.COM

The rat, which weighed six pounds and had a 12-inch tail, was caught at the weekend in a residential area of Fuzhou, a city of six million people on China's south coast.

The ratcatcher, who was only named as Mr Xian, said he swooped for the rodent after seeing a big crowd of people surrounding it on the street.

He told local Chinese newspapers that he thought the rat might be a valuable specimen, or a rare species, and had to muster up his courage before grabbing its tail and picking it up by the scruff of its neck.

"I did it, I caught a rat the size of a cat!" he shouted out afterwards, according to the reports. Mr Xian is believed to still be in possession of the animal, after stuffing into a bag and departing the scene.

The local forestry unit in the city identified the nightmarish creature as a bamboo rat from initial photographs, but said that it would need to examine the rat more closely before making a final identification.

Chinese bamboo rats rarely grow beyond ten inches and are found throughout southern China, northern Burma and Vietnam.

However, the Sumatra bamboo rat, usually found in the south-western Chinese province of Yunnan and in the Malay Peninsula can grow up to 30 inches long, including tail, and can weigh up to eight pounds.

A "Giant Rat of Sumatra" is mentioned in the Sherlock Holmes tale: The Adventure of a Sussex Vampire.

All bamboo rats are slow-moving and usually spend their time in underground burrows, feeding on bamboo. Chinese bamboo rats are often sold for meat in Chinese markets. The largest rats in the world are thought to be African giant pouched rats, which can grow up to 36 inches in length.

Louis Braille, Pencetus "Mata" Tuna netra


Rabu, 18-02-2009 17:28:53 oleh: Retty N. Hakim
Kanal: Peristiwa

Louis Braille, Membukakan Dunia Melalui Tulisan

Saat ini banyak orang yang mengenangkan 200 tahun kelahiran Charles Darwin dan Abraham Lincoln. Eric Shackle, 89, pewarta warga tertua dari Ohmynews menulis dalam sebuah artikel “Feb 12: A Date to Remember”, bagaimana tahun 1809 merupakan tahun kelahiran beberapa nama yang menggoreskan jejak yang mendalam dalam sejarah manusia. Salah satu tokoh yang disebutkannya adalah Louis Braille, yang lahir 4 Januari 1809.

Louis Braille mengalami kerusakan pada salah satu matanya ketika berusia 3 tahun. Waktu itu secara tidak sengaja dia menikam matanya sendiri dengan alat pembuat lubang dari perkakas kerja ayahnya. Kemudian mata yang satunya terkena sympathetic ophthalmia, sejenis infeksi yang terjadi karena kerusakan mata yang lainnya.

Beruntung pada usia 10 tahun sebuah sekolah bagi anak-anak tunanetra dibuka di Paris, yaitu Royal Institution for Blind Youth, dan Louis Braille mendapatkan beasiswa untuk bersekolah di sana. Sekolah ini hanya mempunyai 14 buah buku bagi murid-muridnya, dan mereka juga tidak diajarkan menulis. Buku yang hanya 14 buah inipun sangat berat karena menggunakan huruf biasa yang dicetak timbul.

Tahun 1821, Louis Braille berkenalan dengan Charles Barbier yang memperkenalkannya pada “Night Writing”, sebuah sistem dengan 12 titik yang biasa digunakan para serdadu di medan perang untuk bisa berkomunikasi tanpa suara. Tahun itu juga Louis Braille mencoba menyederhanakan titik timbul tersebut menjadi 6 titik saja, sistem yang sekarang kita kenal sebagai abjad Braille. Kalau huruf Barbier berdasarkan 12 titik dan berkorelasi dengan suara, maka huruf Braille menggunakan enam titik dan berkorelasi dengan huruf. Hasil temuannya ini disempurnakannya pada usia 15 tahun. Bahkan kemudian Braille juga menemukan alat Rapigraphy yang memungkinkan komunikasi bagi orang dengan penglihatan berbeda ini dengan mereka yang memiliki indera penglihatan biasa.

Saya pernah membaca buku mengenai Helen Keller, betapa rasa frustrasi dan kemarahan membuat dia begitu pemarah dan tidak bisa diatur. Perkenalannya dengan huruf Braille kemudian membawanya membaca berbagai macam buku, bukan hanya dalam bahasa Inggris, melainkan juga dalam bahasa Perancis, Jerman, Yunani, dan Latin. Beruntunglah bahwa buku Braille sudah membawa Helen Keller mengarungi dunia ilmu, tidak lagi terbatas pada 14 buah buku, dan tidak lagi terbatas pada satu bahasa tertentu.

Irwan Dwi Kustanto, yang tahun lalu menghadirkan Antologi puisinya (lihat http://www.wikimu.com/news/displaynews.aspx?id=6078 ) bersama istri dan anaknya tercinta, pernah berkata: “Duapuluh tahun lamanya saya menunggu saat seperti ini, saat di mana saya bisa membaca buku-buku sastra yang saya ingin baca.” Ya, perkataannya ini terluncur tiga tahun yang lalu ketika Yayasan Mitra Netra bekerja sama dengan Gagas Media serta Perpustakaan Departemen Pendidikan Nasional untuk pertama kalinya meluncurkan tujuh buah novel versi Braille.

Walaupun buku Braille tidak perlu lagi setebal buku pada masa Louis Braille bersekolah, tetapi toh buku versi Braille masih cukup berat dan juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk pencetakannya (lihat juga http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=7029).

Untuk membantu lebih banyak lagi teman membaca buku versi Braille, maka Yayasan Mitra Netra membuat kegiatan “Celengan untuk Sahabat”. Selain bisa membantu menyediakan buku versi Braille, kegiatan ini juga bagus sekali untuk memupuk sikap empati anak kepada orang lain, disamping melatih anak untuk menabung.

Dua ratus tahun yang lalu Louis Braille lahir, mengalami kecelakaan, dan mengilhaminya untuk menciptakan huruf Braille yang membukakan dunia melalui bahasa tertulis. Mungkin dari kegiatan “Celengan bagi Sahabat” juga bisa membantu membukakan dunia bagi anak Indonesia yang berpenglihatan berbeda. Bila Louis Braille menjadi pencipta huruf Braille pada usia 15 tahun, bukan tidak mungkin kita juga bisa memiliki penemuan menarik lainnya dari teman-teman dengan penglihatan berbeda yang ada di Indonesia berkat dunia ilmu yang mencerahkan…

Robot by Petani China


chinaWu Yulu, petani China menciptakan robot dari barang-barang bekas. Petani yang tidak pernah menempuh pendidikan tinggi formal ini akhirnya mendapatkan keuntungan dari robot ciptaannya. Pertama kali keluarganya banyak yang menyangsikan akan robot-robot yang dia ciptakan. Penciptaaan robot-robot ini telah menghabiskan kekayaan keluarganya, sehingga jatuh ke dalam kondisi harus hidup dengan hutang-hutangnya. Setiap penjualan robotnya dia pergunakan untuk membayar tagihan bulanan yang harus dibayar.

Istri dan dua anaknya selalu mengingatkan agar tidak terlalu mengeluarkan uang untuk robot-robotnya. Akhirnya robot-robotnya mendatangkan uang baginya dengan adanya kerjasama dengan pihak swasta dan universitas. Robot laba-laba yang mampu merangkak di tembok adalah robot yang paling menarik.

Wu Yulu, 46 tahun, petani yang hanya sampai ke jenjang pendidikan SD kelas lima ini, mengatakan bahwa hal yang paling menarik dari penciptaan robot ini adalah ketika robot-robot ini dapat bergerak dengan sempurna.


Friday, February 20, 2009

Solusi Ketidaksuburan

Ketidaksuburan atau Infertilitas

Salah satu yang paling ditakutkan adalah ketidaksuburan atau infertilitas yang sering dikaitkan dengan kemandulan pada salah satu pasangan. Bagi wanita, ketidaksuburan atau infertilitas disebabkan karena gagalnya pelepasan sel telur atau indung telur tidak dapat menghasilkan sel telur yang matang. Dengan demikian tidak terjadi ovulasi sehingga sel telur tidak masuk ke saluran telur yang menyebabkan tidak dapat terjadi pembuahan. Kondisi ini disebut sebagai ovulation disorder. Penyebab lainnya adalah tertutupnya atau tersumbatnya tuba falopi atau saluran telur. Atau adanya endometriosis atau sering dikenal sebagai kista yaitu tumbuhnya jaringan dinding rahim di luar rahim.

Sedangkan bagi pria, ketidaksuburan sering disebabkan karena tidak adanya produksi sperma pada kantung sperma. Jikapun ada produksi sperma, namun jumlahnya sangat sedikit sehingga ketika masuk ke vagina, tidak ada sperma yang berhasil membuahi sel telur.

Bayi Tabung

Salah satu metode untuk mengatasi ketidaksuburan atau infertilitas adalah dengan bayi tabung. Bayi tabung pertama kali berhasil dilakukan terhadap seorang bayi perempuan bernama Louise Joy Brown di Inggris pada tanggal 25 Juli 1978. Prosesnya dilakukan dengan mengambil sel telur dari ovarium ibu lalu disatukan dengan sperma ayah dalam sebuah medium cair di gelas laboratorium. Lalu sel telur dibuahi di laboratorium. Setelah sel telur dibuahi, sekitar dua setengah hari kemudian, sel telur telah terbagi menjadi delapan sel yang sangat kecil. Kemudian dimasukkan ke dalam uterus atau rahim ibu untuk berkembang secara normal menjadi bayi. Sejak saat itu, berbagai terapi dan teknologi dikembangkan untuk mengatasi masalah kesuburan baik pada pria maupun wanita.

Proses bayi tabung dilakukan dengan proses yang dikenal sebagai in vitro fertilization (IVF) atau pembuahan in vitro. IVF menjadi momentum untuk pengembangan perawatan dan terapi berikutnya untuk teknologi pembantu reproduksi atau assisted reproductive technology (ART). ART mencakup berbagai perawatan untuk masalah kesuburan. Termasuk sel telur dari wanita lain lalu dibuahi untuk dikembangkan di rahim seorang wanita yang lain lagi. Tahun 1994 di Italia, seorang wanita tua berusia 62 tahun yang sudah tidak memiliki sel telur melahirkan seorang bayi yang berasal dari sel telur wanita lain yang dibuahi dengan sperma suaminya. Jadi banyak metode yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah kesuburan.

Berbagai Teknik Perawatan Masalah Ketidaksuburan atau Infertilitas

Organ Reproduksi WanitaAda beberapa jenis perawatan untuk masalah kesuburan baik untuk pria maupun wanita. Selain bayi tabung, perawatan-perawatan berikut juga telah melalui serangkaian proses penelitian dan angka keberhasilannya cukup memuaskan bagi pasangan yang memiliki masalah kesuburan.

Namun sebelum Anda menggunakan salah satu metode perawatan masalah kesuburan, sebaiknya Anda membuat riset mendalam terlebih dahulu dan berdiskusi baik kepada para ahli medis maupun kepada pemimpin agama. Beberapa kelompok agama menganggap beberapa jenis metode bayi tabung maupun inseminasi buatan termasuk melanggar hukum agama. Hal ini khususnya jika pembuahan atau pengembangan bayi dilakukan bukan di rahim ibu yang memberikan sel telur ataupun bukan menggunakan sperma yang berasal dari suami sendiri. Dengan kata lain, bagi beberapa kelompok agama, jika melibatkan pihak ketiga baik sebagai donor maupun media pembuahan yang bukan suami atau istri sah, itu sudah dianggap melanggar hukum agama. Karena itu masalah memilih perawatan ini adalah keputusan pribadi setiap pasangan dan perlu didiskusikan secara mendalam.

Sebelum memutuskan memilih jenis teknik perawatan untuk masalah infertilitas atau ketidaksuburan, sebaiknya Anda bertanya secara lebih dalam kepada ahli medis yang menangani masalah Anda. Tanyakan apa saja kerugian dan keuntungan dari masing-masing teknik untuk Anda maupun pasangan. Serta tanyakan berbagai risiko yang bisa terjadi bagi Anda dan pasangan. Beberapa jenis teknik perawatan untuk masalah ketidaksuburan atau infertilitas yang memiliki tingkat keberhasilan cukup tinggi di antaranya yaitu:

  • Inseminasi Buatan

    Inseminasi buatan atau artificial insemination (sering disingkat sebagai AI) dilakukan dengan memasukkan cairan semen yang mengandung sperma dari pria ke dalam organ reproduksi wanita tanpa melalui hubungan seks atau bukan secara alami. Cairan semen yang mengandung sperma diambil dengan alat tertentu dari seorang suami kemudian disuntikkan ke dalam rahim isteri sehingga terjadi pembuahan dan kehamilan. Biasanya dokter akan menganjurkan inseminasi buatan sebagai langkah pertama sebelum menerapkan terapi atau perawatan jenis lainnya.
  • GIFT (Gamete Intrafallopian Transfer)

    GIFT yang merupakan singkatan dari Gamete Intrafallopian Transfer merupakan teknik yang mulai diperkenalkan sejak tahun 1984. Tujuannya untuk menciptakan kehamilan. Prosesnya dilakukan dengan mengambil sel telur dari ovarium atau indung telur wanita lalu dipertemukan dengan sel sperma pria yang sudah dibersihkan. Dengan menggunakan alat yang bernama laparoscope, sel telur dan sperma yang sudah dipertemukan tersebut dimasukkan ke dalam tuba falopi atau tabung falopi wanita melalui irisan kecil di bagian perut melalui operasi laparoskopik. Sehingga diharapkan langsung terjadi pembuahan dan kehamilan.
  • IVF (In Vitro Fertilization)

    IVF atau In Vitro Fertilization dikenal juga sebagai prosedur bayi tabung. Mula-mula sel telur wanita dan sel sperma dibuahi di media pembuahan di luar tubuh wanita. Lalu setelah terjadi pembuahan, hasilnya yang sudah berupa embrio dimasukkan ke dalam rahim melalui serviks.
  • ZIFT (Zygote Intrafallopian Transfer)

    ZIFT atau Zygote Intrafallopian Transfer merupakan teknik pemindahan zigot atau sel telur yang telah dibuahi. Proses ini dilakukan dengan cara mengumpulkan sel telur dari indung telur seorang wanita lalu dibuahi di luar tubuhnya. Kemudian setelah sel telur dibuahi, dimasukkan kembali ke tuba falopi atau tabung falopi melalui pembedahan di bagian perut dengan operasi laparoskopik. Teknik ini merupakan kombinasi antara teknik IVF dan GIFT.
  • ICSI (Intracytoplasmic Sperm Injection)

    ICSI atau Intracytoplasmic Sperm Injection dilakukan dengan memasukkan sebuah sel sperma langsung ke sel telur. Dengan teknik ini, sel sperma yang kurang aktif maupun tidak matang dapat digunakan untuk membuahi sel telur.

Jadi Anda tidak perlu khawatir jika pasangan Anda mengalami masalah infertilitas atau ketidaksuburan, karena semuanya bisa diatasi dengan berbagai teknologi modern yang tersedia saat ini.

ALAT UNTUK PIPIS KHUSUS UNTUK WANITA


Sekarang cewek pun sudah mulai kencing berdiri, adalah Sarah dillon pembuat alat ini, alat ini merupakan alat Bantu untuk buang air kecil bagi wanita atau biasa disebut FUD (female urinantion device). Oleh pembuatnya alat ini disebut dengan Go Girl.

Dengan menggunakan Go girl Cewek bias melakukan aktivitas Pipis dengan berdiri layaknya cowok. Menurut pembuatnya alat ini ditujukan bagi wanita aktif yang banyak melakukan aktivitas diluar rumah dan tak mau repot-repot berjongkok saat buang air. Tujuannya adalah agar cewek bisa melakukan aktivitas buang air kecil ini dengan mudah dan cepat. Cukup dengan berdiri, cara menggunakan cukup simple dan mudah caranya :

“.Just lower your panties, and put GoGirl against your body, forming a seal. Aim and, well, pee. Pretty simple, huh? “

(sengaja ditulis dalam bahasa inggrisnya, silahkan terjemahkan sendiri).

Noah's Ark

The account of Noah and the Ark is one of the most widely known events in the history of mankind. Unfortunately, like other Bible accounts, it is often taken as a mere fairy tale.

The Bible, though, is the true history book of the universe, and in that light, the most-asked questions about the Ark and Flood of Noah can be answered with authority and confidence.

How Large Was Noah’s Ark?

The length of the ark shall be three hundred cubits, its width fifty cubits, and its height thirty cubits (Genesis 6:15).

Unlike many whimsical drawings that depict the Ark as some kind of overgrown houseboat (with giraffes sticking out the top), the Ark described in the Bible was a huge vessel. Not until the late 1800s was a ship built that exceeded the capacity of Noah’s Ark.

Ship size comparison

The dimensions of the Ark are convincing for two reasons: the proportions are like that of a modern cargo ship, and it is about as large as a wooden ship can be built. The cubit gives us a good indication of size.1 With the cubit’s measurement, we know that the Ark must have been at least 450 feet (137 m) long, 75 feet (23 m) wide, and 45 feet (14 m) high. In the Western world, wooden sailing ships never got much longer than about 330 feet (100 m), yet the ancient Greeks built vessels at least this size 2,000 years earlier. China built huge wooden ships in the 1400s that may have been as large as the Ark. The biblical Ark is one of the largest wooden ships of all time—a mid-sized cargo ship by today’s standards.

How Could Noah Build the Ark?

The Bible does not tell us that Noah and his sons built the Ark by themselves. Noah could have hired skilled laborers or had relatives, such as Methuselah and Lamech, help build the vessel. However, nothing indicates that they could not—or that they did not—build the Ark themselves in the time allotted. The physical strength and mental processes of men in Noah’s day was at least as great (quite likely, even superior) to our own.2 They certainly would have had efficient means for harvesting and cutting timber, as well as for shaping, transporting, and erecting the massive beams and boards required.

If one or two men today can erect a large house in just 12 weeks, how much more could three or four men do in a few years? Adam’s descendants were making complex musical instruments, forging metal, and building cities—their tools, machines, and techniques were not primitive.

History has shown that technology can be lost. In Egypt, China, and the Americas the earlier dynasties built more impressive buildings or had finer art or better science. Many so-called modern inventions turn out to be re-inventions, like concrete, which was used by the Romans.

Even accounting for the possible loss of technology due to the Flood, early post-Flood civilizations display all the engineering know-how necessary for a project like Noah’s Ark. People sawing and drilling wood in Noah’s day, only a few centuries before the Egyptians were sawing and drilling granite, is very reasonable! The idea that more primitive civilizations are further back in time is an evolutionary concept.

In reality, when God created Adam, he was perfect. Today, the individual human intellect has suffered from 6,000 years of sin and decay. The sudden rise in technology in the last few centuries has nothing to do with increasing intelligence; it is a combination of publishing and sharing ideas, and the spread of key inventions that became tools for investigation and manufacturing. One of the most recent tools is the computer, which compensates a great deal for our natural decline in mental performance and discipline, since it permits us to gather and store information as perhaps never before.

How Could Noah Round Up So Many Animals?

Of the birds after their kind, of animals after their kind, and of every creeping thing of the earth after its kind, two of every kind will come to you, to keep them alive (Genesis 6:20).

This verse tells us that Noah didn’t have to search or travel to far away places to bring the animals on board. The world map was completely different before the Flood, and on the basis of Genesis 1, there may have been only one continent. The animals simply arrived at the Ark as if called by a “homing instinct” (a behavior implanted in the animals by their Creator) and marched up the ramp, all by themselves.

Though this was probably a supernatural event (one that cannot be explained by our understanding of nature), compare it to the impressive migratory behavior we see in some animals today. We are still far from understanding all the marvelous animal behaviors exhibited in God’s creation: the migration of Canada geese and other birds, the amazing flights of Monarch butterflies, the annual travels of whales and fish, hibernation instincts, earthquake sensitivity, and countless other fascinating capabilities of God’s animal kingdom.

Were Dinosaurs on Noah’s Ark?

The history of God’s creation (told in Genesis 1 and 2) tells us that all the land-dwelling creatures were made on Day 6 of Creation Week—the same day God made Adam and Eve. Therefore, it is clear that dinosaurs (being land animals) were made with man.

Also, two of every kind (seven of some) of land animal boarded the Ark. Nothing indicates that any of the land animal kinds were already extinct before the Flood. Besides, the description of “behemoth” in chapter 40 of the book of Job (Job lived after the Flood) only fits with something like a sauropod dinosaur. The ancestor of “behemoth” must have been on board the Ark.3

We also find many dinosaurs that were trapped and fossilized in Flood sediment. Widespread legends of encounters with dragons give another indication that at least some dinosaurs survived the Flood. The only way this could happen is if they were on the Ark.

Juveniles of even the largest land animals do not present a size problem, and, being young, they have their full breeding life ahead of them. Yet most dinosaurs were not very large at all—some were the size of a chicken (although absolutely no relation to birds, as many evolutionists are now saying). Most scientists agree that the average size of a dinosaur is actually the size of a sheep.

For example, God most likely brought Noah two young adult sauropods (e.g., apatosaurs), rather than two full-grown sauropods. The same goes for elephants, giraffes, and other animals that grow to be very large. However, there was adequate room for most fully grown adult animals anyway.

As far as the number of different types of dinosaurs, it should be recognized that, although there are hundreds of names for different varieties (species) of dinosaurs that have been discovered, there are probably only about 50 actual different kinds.

How Could Noah Fit All the Animals on the Ark?

And of every living thing of all flesh you shall bring two of every sort into the ark, to keep them alive with you; they shall be male and female (Genesis 6:19).

In the book Noah’s Ark: A Feasibility Study4, creationist researcher John Woodmorappe suggests that, at most, 16,000 animals were all that were needed to preserve the created kinds that God brought into the Ark.

The Ark did not need to carry every kind of animal—nor did God command it. It carried only air-breathing, land-dwelling animals, creeping things, and winged animals such as birds. Aquatic life (fish, whales, etc.) and many amphibious creatures could have survived in sufficient numbers outside the Ark. This cuts down significantly the total number of animals that needed to be on board.

Another factor which greatly reduces the space requirements is the fact that the tremendous variety in species we see today did not exist in the days of Noah. Only the parent “kinds” of these species were required to be on board in order to repopulate the earth.5 For example, only two dogs were needed to give rise to all the dog species that exist today.

Creationist estimates for the maximum number of animals that would have been necessary to come on board the Ark have ranged from a few thousand to 35,000, but they may be as few as two thousand if the biblical kind is approximately the same as the modern family classification.

As stated before, Noah wouldn’t have taken the largest animals onto the Ark; it is more likely he took juveniles aboard the Ark to repopulate the earth after the Flood was over. These younger animals also require less space, less food, and have less waste.

Using a short cubit of 18 inches (46 cm) for the Ark to be conservative, Woodmorappe’s conclusion is that “less than half of the cumulative area of the Ark’s three decks need to have been occupied by the animals and their enclosures.”6 This meant there was plenty of room for fresh food, water, and even many other people.

How Did Noah Care for All the Animals?

Just as God brought the animals to Noah by some form of supernatural means, He surely also prepared them for this amazing event. Creation scientists suggest that God gave the animals the ability to hibernate, as we see in many species today. Most animals react to natural disasters in ways that were designed to help them survive. It’s very possible many animals did hibernate, perhaps even supernaturally intensified by God.

Whether it was supernatural or simply a normal response to the darkness and confinement of a rocking ship, the fact that God told Noah to build rooms (“qen”—literally in Hebrew “nests”) in Genesis 6:14 implies that the animals were subdued or nesting. God also told Noah to take food for them (Genesis 6:21), which tells us that they were not in a year-long coma either.

Were we able to walk through the Ark as it was being built, we would undoubtedly be amazed at the ingenious systems on board for water and food storage and distribution. As Woodmorappe explains in Noah’s Ark: A Feasibility Study, a small group of farmers today can raise thousands of cattle and other animals in a very small space. One can easily imagine all kinds of devices on the Ark that would have enabled a small number of people to feed and care for the animals, from watering to waste removal.

As Woodmorappe points out, no special devices were needed for eight people to care for 16,000 animals. But if they existed, how would these devices be powered? There are all sorts of possibilities. How about a plumbing system for gravity-fed drinking water, a ventilation system driven by wind or wave motion, or hoppers that dispense grain as the animals eat it? None of these require higher technology than what we know existed in ancient cultures. And yet these cultures were likely well-short of the skill and capability of Noah and the pre-Flood world.

How Could a Flood Destroy Every Living Thing?

And all flesh died that moved on the earth: birds and cattle and beasts and every creeping thing that creeps on the earth, and every man. All in whose nostrils was the breath of the spirit of life, all that was on the dry land, died (Genesis 7:21–22).

Noah’s Flood was much more destructive than any 40-day rainstorm ever could be. Scripture says that the “fountains of the great deep” broke open. In other words, earthquakes, volcanoes, and geysers of molten lava and scalding water were squeezed out of the earth’s crust in a violent, explosive upheaval. These fountains were not stopped until 150 days into the Flood—so the earth was literally churning underneath the waters for about five months! The duration of the Flood was extensive, and Noah and his family were aboard the Ark for over a year.

Relatively recent local floods, volcanoes, and earthquakes—though clearly devastating to life and land—are tiny in comparison to the worldwide catastrophe that destroyed “the world that then existed” (2 Peter 3:6). All land animals and people not on board the Ark were destroyed in the floodwaters—billions of animals were preserved in the great fossil record we see today.

How Could the Ark Survive the Flood?

The description of the Ark is very brief—Genesis 6:14–16. Those three verses contain critical information including overall dimensions, but Noah was almost certainly given more detail than this. Other divinely specified constructions in the Bible are meticulously detailed, like the descriptions of Moses’ Tabernacle or the temple in Ezekiel’s vision.

The Bible does not say the Ark was a rectangular box. In fact, Scripture gives no clue about the shape of Noah’s Ark other than the proportions—length, width, and depth. Ships have long been described like this without ever implying a block-shaped hull.

Moses used the obscure term tebah, a word that is only used again for the basket that carried baby Moses (Exodus 2:3). One was a huge wooden ship and the other a tiny wicker basket. Both float, both rescue life, and both are covered. But the similarity ends there. We can be quite sure that the baby basket did not have the same proportions as the Ark, and Egyptian baskets of the time were typically rounded. Perhaps tebah means “lifeboat.”

For many years biblical creationists have simply depicted the Ark as a rectangular box. This shape helped illustrate its size while avoiding the distractions of hull curvature. It also made it easy to compare volume. By using a short cubit and the maximum number of animal “kinds,” creationists, as we’ve seen, have demonstrated how easily the Ark could fit the payload.7 At the time, space was the main issue; other factors were secondary.

However, the next phase of research investigated sea-keeping (behavior and comfort at sea), hull strength, and stability. This began with a Korean study performed at the world-class ship research center (KRISO) in 1992.8 The team of nine KRISO researchers was led by Dr. Hong, who is now director-general of the research center.

The study confirmed that the Ark could handle waves as high as 98 feet (30 m), and that the proportions of the biblical Ark are near optimal—an interesting admission from Dr. Hong, who believes evolutionary ideas, openly claiming “life came from the sea.”9 The study combined analysis, model wave testing, and ship standards, yet the concept was simple: compare the biblical Ark with 12 other vessels of the same volume but modified in length, width, or depth. Three qualities were measured—stability, hull strength, and comfort.

Ship Qualities Measured in the 1992 Korean Study

While Noah’s Ark was an average performer in each quality, it was among the best designs overall. In other words, the proportions show a careful design balance that is easily lost when proportions are modified the wrong way. It is no surprise that modern ships have similar proportions—those proportions work.

Interesting to note is the fact that this study makes nonsense of the claim that Genesis was written only a few centuries before Christ and was based on flood legends such as the Epic of Gilgamesh. The Babylonian ark is a cube shape, something so far from reality that even the shortest hull in the Korean study was not even close. But we would expect mistakes from other flood accounts, like that of Gilgamesh, as the account of Noah would have been distorted as it was passed down through different cultures.

Yet one mystery remained. The Korean study did not hide the fact that some shorter hulls slightly outperformed the biblical Noah’s Ark. Further work by Tim Lovett, one author of this chapter, and two naval architects, Jim King and Dr. Allen Magnuson, focused attention on the issue of broaching— being turned sideways by the waves.

How do we know what the waves were like? If there were no waves at all, stability, comfort, or strength would be unimportant, and the proportions would not matter. A shorter hull would then be a more efficient volume, taking less wood and less work. However, we can take clues from the proportions of the Ark itself. The Korean study had assumed waves came from every direction, giving shorter hulls an advantage. But real ocean waves usually have a dominant direction due to the wind, favoring a short, wide hull even more.

Another type of wave may also have affected the Ark during the Flood—tsunamis. Earthquakes can create tsunamis that devastate coastlines. However, when a tsunami travels in deep water it is imperceptible to a ship. During the Flood, the water would have been very deep—there is enough water in today’s oceans to cover the earth to a depth of about 1.7 miles (2.7 km). The Bible states that the Ark rose “high above the earth” (Genesis 7:17). Launched from high ground by the rising floodwaters, the Ark would have avoided the initial devastation of coastlines and low-lying areas, and remained safe from tsunamis throughout the voyage.

After several months at sea, God sent a wind (Genesis 8:1), which could have produced very large waves since these waves can be produced by a strong, steady wind. Open-water testing confirms that any drifting vessel will naturally turn side-on to the waves (broach). With waves approaching the side of the vessel (beam sea), a long vessel like the Ark would be trapped in an uncomfortable situation; in heavy weather it could become dangerous. This could be overcome, however, by the vessel catching the wind (Genesis 8:1) at the bow and catching the water at the stern—aligning itself like a wind vane. These features appear to have inspired a number of ancient ship designs. Once the Ark points into the waves, the long, ship-like proportions create a more comfortable and controlled voyage. Traveling slowly with the wind, it had no need for speed, but the Bible does say the Ark moved about on the surface of the waters (Genesis 7:18).

Compared to a ship-like bow and stern, blunt ends are not as strong, have edges that are vulnerable to damage during launch and beaching, and give a rougher ride. Since the Bible gives proportions like that of a true ship, it makes sense that it should look and act ship-like. The below design is an attempt to flesh out the biblical outline using real-life experiments and archeological evidence of ancient ships.

While Scripture does not point out a wind-catching feature at the bow, the abbreviated account we are given in Genesis makes no mention of drinking water, the number of animals, or the way they got out of the Ark either.

Nothing in this newly depicted Ark contradicts Scripture; in fact, it shows how accurate Scripture is!

Ark
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5

Click on each numbered point on the diagram above for more information on this proposed design for Noah’s Ark.

1. Something to catch the wind

Wind-driven waves would cause a drifting vessel to turn dangerously side-on to the weather. However, such waves could be safely navigated by making the Ark steer itself with a wind-catching obstruction on the bow. To be effective, this obstruction must be large enough to overcome the turning effect of the waves. While many designs could work, the possibility shown here reflects the high stems which were a hallmark of ancient ships.

Where Did All the Water Come From?

In the six hundredth year of Noah’s life, in the second month, the seventeenth day of the month, on that day all the fountains of the great deep were broken up, and the windows of heaven were opened. And the rain was on the earth forty days and forty nights (Genesis 7:11–12).

The Bible tells us that water came from two sources: below the earth and above the earth. Evidently, the source for water below the ground was in great subterranean pools, or “fountains” of fresh water, which were broken open by volcanic and seismic (earthquake) activity.10

Where Did All the Water Go?

And the waters receded continually from the earth. At the end of the hundred and fifty days the waters decreased (Genesis 8:3).

Simply put, the water from the Flood is in the oceans and seas we see today. Three-quarters of the earth’s surface is covered with water.

As even secular geologists observe, it does appear that the continents were at one time “together” and not separated by the vast oceans of today. The forces involved in the Flood were certainly sufficient to change all of this.

Scripture indicates that God formed the ocean basins, raising the land out of the water, so that the floodwaters returned to a safe place. (Some theologians believe Psalm 104 may refer to this event.) Some creation scientists believe this breakup of the continent was part of the mechanism that ultimately caused the Flood.11

Some have speculated, because of Genesis 10:25, that the continental break occurred during the time of Peleg. However, this division is mentioned in the context of the Tower of Babel’s language division of the whole earth (Genesis 10–11). So the context points to a dividing of the languages and people groups, not the land breaking apart.

If there were a massive movement of continents during the time of Peleg, there would have been another worldwide flood. The Bible indicates that the mountains of Ararat existed for the Ark to land in them (Genesis 8:4); so the Indian-Australian Plate and Eurasian Plate had to have already collided, indicating that the continents had already shifted prior to Peleg.

Was Noah’s Flood Global?

And the waters prevailed exceedingly on the earth, and all the high hills under the whole heaven were covered. The waters prevailed fifteen cubits upward, and the mountains were covered (Genesis 7:19–20).

Many Christians today claim that the Flood of Noah’s time was only a local flood. These people generally believe in a local flood because they have accepted the widely believed evolutionary history of the earth, which interprets fossil layers as the history of the sequential appearance of life over millions of years.12

Scientists once understood the fossils, which are buried in water-carried sediments of mud and sand, to be mostly the result of the great Flood. Those who now accept millions of years of gradual accumulation of fossils have, in their way of thinking, explained away the evidence for the global Flood. Hence, many compromising Christians insist on a local flood.

Secularists deny the possibility of a worldwide Flood at all. If they would think from a biblical perspective, however, they would see the abundant evidence for the global Flood. As someone once quipped, “I wouldn’t have seen it if I hadn’t believed it.”

Those who accept the evolutionary timeframe, with its fossil accumulation, also rob the Fall of Adam of its serious consequences. They put the fossils, which testify of disease, suffering, and death, before Adam and Eve sinned and brought death and suffering into the world. In doing this, they also undermine the meaning of the death and resurrection of Christ. Such a scenario also robs all meaning from God’s description of His finished creation as “very good.”

If the Flood only affected the area of Mesopotamia, as some claim, why did Noah have to build an Ark? He could have walked to the other side of the mountains and escaped. Most importantly, if the Flood were local, people not living in the vicinity of the Flood would not have been affected by it. They would have escaped God’s judgment on sin.

A local flood covering the mountains?

A local Flood?

In addition, Jesus believed that the Flood killed every person not on the Ark. What else could Christ mean when He likened the coming world judgment to the judgment of “all” men in the days of Noah (Matthew 24:37–39)?

In 2 Peter 3, the coming judgment by fire is likened to the former judgment by water in Noah’s Flood. A partial judgment in Noah’s day, therefore, would mean a partial judgment to come.

If the Flood were only local, how could the waters rise to 20 feet (6 m) above the mountains (Genesis 7:20)? Water seeks its own level; it could not rise to cover the local mountains while leaving the rest of the world untouched.

Even what is now Mt. Everest was once covered with water and uplifted afterward.13 If we even out the ocean basins and flatten out the mountains, there is enough water to cover the entire earth by about 1.7 miles (2.7 km).14 Also important to note is that, with the leveling out of the oceans and mountains, the Ark would not have been riding at the height of the current Mt. Everest, thus no need for such things as oxygen masks either.

There’s more. If the Flood were a local flood, God would have repeatedly broken His promise never to send such a flood again. God put a rainbow in the sky as a covenant between God and man and the animals that He would never repeat such an event. There have been huge local floods in recent times (e.g., in Bangladesh); but never has there been another global Flood that killed all life on the land.

Where Is the Evidence in the Earth for Noah’s Flood?

For this they willingly forget: that by the word of God the heavens were of old, and the earth standing out of water and in the water, by which the world that then existed perished, being flooded with water (2 Peter 3:5–6).

Evidence of Noah’s Flood can be seen all over the earth, from seabeds to mountaintops. Whether you travel by car, train, or plane, the physical features of the earth’s terrain clearly indicate a catastrophic past, from canyons and craters to coal beds and caverns. Some layers of strata extend across continents, revealing the effects of a huge catastrophe.

The earth’s crust has massive amounts of layered sedimentary rock, sometimes miles (kilometers) deep! These layers of sand, soil, and material—mostly laid down by water—were once soft like mud, but they are now hard stone. Encased in these sedimentary layers are billions of dead things (fossils of plants and animals) buried very quickly. The evidence all over the earth is staring everyone in the face.

Where Is Noah’s Ark Today?

Then the ark rested in the seventh month, the seventeenth day of the month, on the mountains of Ararat (Genesis 8:4).

The Ark landed in mountains. The ancient name for these mountains could refer to several areas in the Middle East, such as Mt. Ararat in Turkey or other mountain ranges in neighboring countries.

Mt. Ararat has attracted the most attention because it has permanent ice, and some people report to have seen the Ark. Many expeditions have searched for the Ark there. There is no conclusive evidence of the Ark’s location or survival; after all, it landed on the mountains about 4,500 years ago. Also it could easily have deteriorated, been destroyed, or been used as lumber by Noah and his descendants.

Some scientists and Bible scholars, though, believe the Ark could indeed be preserved—perhaps to be providentially revealed at a future time as a reminder of the past judgment and the judgment to come, although the same could be said for things like the Ark of the Covenant or other biblical icons. Jesus said, “If they do not hear Moses and the prophets, neither will they be persuaded though one rise from the dead” (Luke 16:31).

The Ark is unlikely to have survived without supernatural intervention, but this is neither promised nor expected from Scripture. However, it is a good idea to check if it still exists.

Why Did God Destroy the Earth That He Had Made?

Then the Lord saw that the wickedness of man was great in the earth, and that every intent of the thoughts of his heart was only evil continually. But Noah found grace in the eyes of the Lord (Genesis 6:5, 8).

These verses speak for themselves. Every human being on the face of the earth had turned after the wickedness in their own hearts, but Noah, because of his righteousness before God, was spared from God’s judgment, along with his wife, their sons, and their wives. As a result of man’s wickedness, God sent judgment on all mankind. As harsh as the destruction was, no living person was without excuse.

God also used the Flood to separate and to purify those who believed in Him from those who didn’t. Throughout history and throughout the Bible, this cycle has taken place time after time: separation, purification, judgment, and redemption.

Without God and without a true knowledge and understanding of Scripture, which provides the true history of the world, man is doomed to repeat the same mistakes over and over again.

How Is Christ like the Ark?

For the Son of Man has come to save that which was lost (Matthew 18:11).

As God’s Son, the Lord Jesus Christ is like Noah’s Ark. Jesus came to seek and to save the lost. Just as Noah and his family were saved by the Ark, rescued by God from the floodwaters, so anyone who believes in Jesus as Lord and Savior will be spared from the coming final judgment of mankind, rescued by God from the fire that will destroy the earth after the last days (2 Peter 3:7).

Noah and his family had to go through a doorway into the Ark to be saved, and the Lord shut the door behind them (Genesis 7:16). So we too have to go through a “doorway” to be saved so that we won’t be eternally separated from God. The Son of God, Jesus, stepped into history to pay the penalty for our sin of rebellion. Jesus said, “I am the door. If anyone enters by Me, he will be saved, and will go in and out and find pasture” (John 10:9).

Help keep these daily articles coming. Support AiG.

Footnotes

  1. The cubit was defined as the length of the forearm from elbow to fingertip. Ancient cubits vary anywhere from 17.5 inches (45 cm) to 22 inches (56 cm), the longer sizes dominating the major ancient constructions. Despite this, even a conservative 18 inch (46 cm) cubit describes a sizeable vessel. Back
  2. For the evidence, see Dr. Donald Chittick, The Puzzle of Ancient Man, Creation Compass, Newberg, Oregon, 1998. This book details evidence of man’s intelligence in early post-Flood civilizations. Back
  3. For some remarkable evidence that dinosaurs have lived until relatively recent times, see chapter 12, “What Really Happened to the Dinosaurs?” Also read The Great Dinosaur Mystery Solved, New Leaf Press, Green Forest, Arkansas, 2000. Also visit www. answersingenesis.org/go/dinosaurs. Back
  4. J. Woodmorappe, Noah’s Ark: A Feasibility Study, Institute for Creation Research, Santee, California, 2003. Back
  5. Here’s one example: more than 200 different breeds of dogs exist today, from the miniature poodle to the St. Bernard—all of which have descended from one original dog “kind” (as have the wolf, dingo, etc.). Many other types of animals— cat kind, horse kind, cow kind, etc.—have similarly been naturally and selectively bred to achieve the wonderful variation in species that we have today. God “programmed” this variety into the genetic code of all animal kinds—even humankind! God also made it impossible for the basic “kinds” of animals to breed and reproduce with each other. For example, cats and dogs cannot breed to make a new type of creature. This is by God’s design, and it is one fact that makes evolution impossible. Back
  6. Woodmorappe, Noah’s Ark: A Feasibility Study, 16. Back
  7. To read a thorough study on this research, see Noah’s Ark: A Feasibility Study by John Woodmorappe (see Ref. 5). Back
  8. Hong, et al., Safety Investigation of Noah’s Ark in a seaway, TJ 8(1):26–36, April 1994. www.answersingenesis.org/tj/v8/i1/noah.asp. Back
  9. Seok Won Hong, Warm greetings from the Director-General of MOERI (former KRISO), Director-General of MOERI/KORDI, www.moeri.re.kr/eng/about/about.htm. Back
  10. For deeper study on this, please see Nozomi Osanai, A Comparison of Scientific Reliability, A comparative study of the flood accounts in the Gilgamesh Epic and Genesis, www.answersingenesis.org/go/gilgamesh. Back
  11. See chapter 14 by Dr. Andrew Snelling for more details on this subject. Back
  12. For compelling evidence that the earth is not billions of years old, read The Young Earth by Dr. John Morris and Thousands ... not Billions by Dr. Don DeYoung; also see www.answersingenesis.org/go/young. Back
  13. Mount Everest is more than 5 miles (8 km) high. How, then, could the Flood have covered “all the mountains under the whole heaven?” Before the Flood, the mountains were not so high. The mountains today were formed only towards the end of, and after, the Flood by collision of the tectonic plates and the associated up-thrusting. In support of this, the layers that form the uppermost parts of Mt. Everest are themselves composed of fossil-bearing, water-deposited layers. For more on this, see Chapter 14 on catastrophic plate tectonics. Back
  14. A.R. Wallace, Man’s Place in the Universe, McClure, Phillips & Co, New York, 1903, 225–226; www.wku.edu/~smithch/wallace/S